Gawat! Gawat!
Aku terjerat dengan pesona Bagus? Oh, no! Bukan Ayu namanya kalau mudah takluk dengan cowok brengsek macam Bagus.
Brengsek? Sialan? Ah, rasanya nggak juga. Selama ini rasanya Bagus tak pernah mengucapkan kata-kata, atau tindakan yang kurang sopan. Aku dapat merasakan, saat Bagus berbicara denganku ia seperti menjaga agar aku tak tersinggung.
Eh? Eh ...? Kenapa aku mulai simpati?
***
Ayu Diahastuti.
Pagi ini aku benar-benar panik. Super panik. Bagus menjemputku ke rumah.
Mengusirnya? Mencaci-maki? Nggak. Nggak! Di jalan nanti akan kusemprot habis-habisan.
Tapi, duh, Gusti. Ibuku malah menyambutnya dengan ramah. Entah ilmu apa yang digunakan Bagus. Terdengar tawa-tawa kecil dari Ibu saat Bagus bercerita. Wah, wah, bakal terjadi interogasi tingkat tinggi saat aku pulang kerja nanti.
Belum lagi "ehm, ehm" dari Ken, adik bungsuku.
"Mbak Ayu pinter juga, ya, cari cowok. Ganteng," goda Ken.