Aku berharap melihatmu dini hari, dibawa angin basah sisa hujan sore tadi. Di langit bulan tinggal sepotongÂ
Kujelajahi linimasa, mungkin ada jejakmu pada semangkuk bakso yang tak kauhabiskan (terlalu banyak micin, katamu), pada pesan atau gambar-gambar yang lucu yang sempat kusimpanÂ
Tapi yang kutemukan adalah orang-orang yang semakin asing, jalan-jalan sesak dengan spanduk, kata-kata bising bagaimana cara memperebutkan tempat dudukÂ
Takada pintu. Di mana dulu aku bisa masuk membawa kata-kata, dan mimpi penuh madu. Pintu telah rusak oleh harapan-harapan yang banyak berujung takÂ
Angin menyelusup dingin. Bukan karena udara jelang pagi, tapi gigilku yang mencoba masuk lewat pintu lain
***
Lebakwana, Agustus 2021Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H