Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Segelas Air

29 November 2020   14:23 Diperbarui: 29 November 2020   14:24 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Foto oleh Sachith Hettigodage/ Pexels. 

seorang perempuan tua melihat anaknya meringkuk dalam segelas air, tertampung dari air mata, air liur, air keringat, air gelisah pada rindu yang penuh dengan air, pada air lambung 

lambung yang berisi air, karena tiga hari dunia tidak hadir 

ia memberi makan anaknya segelas air.  katanya, air ini akan menjadi butiran nasi, setangkup roti, juga makanan enak restoran cepat saji 

sang anak dalam gigil mengunyah air, yang telah berubah menjadi nasi, setangkup roti, juga makanan enak restoran cepat saji, dalam mimpi 

tetangganya hanya melihat sambil lewat, karena akan cepat-cepat pergi, karena akan jalan-jalan dengan anak-istri, karena akan makan-makan dengan rekan relasi, karena memang tak melihat dengan hati 

seorang pengemis melihat perempuan itu memeluk anaknya sambil mengunyah air, pada segelas penuh mimpi, kemudian dari uang hasil mengemisnya ia membeli tiga bungkus nasi, tiga tangkup roti, tiga makanan enak dari restoran cepat saji 

mereka bertiga makan dengan lahap bersama air 

Air mata 

***

Lebakwana, November 2020 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun