Jakarta adalah aroma parfum. Menguar setiap pagi di stasiun, saat menunggu kereta yang akan membawanya ke pusat kota.
Namun, pagi ini agak berbeda. Selain aroma parfum yang yang spesial, busana terbaru, juga ada rasa debar dibawanya dari rumah. Dan pipi yang memerah. "Aku mungkin pulangnya agak malam, ada rapat. Juga pekerjaan kemarin belum selesai," kata Jakarta kepada suaminya.Â
Jakarta, atau yang biasa disapa Tata, hanya melihat suaminya mengangguk. Suaminya percaya karena, memang, selama ini Jakarta beberapa kali dilihatnya pulang larut malam.Â
Sungguhpun begitu tetap saja Jakarta takbisa meredakan gemuruh dadanya. Kembali mukanya memerah.Â
Ini terkait Rudy.Â
***
Rudy memang bukan teman sekantor, tapi kantornya satu gedung dengan Tata. Hanya beda lantai. Dari sanalah bermula.Â
Bersirobok di lobi, satu lift saat ke kantor masing-masing, dan bercakap-cakap ringan seusai makan di kantin. Juga, tentu, bertukar nomer hp.Â
Biasa saja.Â
Tapi kemudian tidak hanya sampai di situ. Kebersamaan semakin sering. Terlebih bila pulang kantor lebih cepat dari biasanya. Mereka jalan bersama, ke mal, makan, atau nonton film.Â