***
Sajak-sajak urban.Â
Boleh dibilang Afrizal Malna pelopornya. Bagaimana ia memasukkan keseharian orang-orang urban ( kota ) dalam puisi-puisinya. Ia menulis dengan memasukkan televisi, kulkas, styrofoam, dan idiom-idiom urban dalam puisinya, dan tetap menarik. "Aku takut ada sikat gigi lain dalam kamar mandiku", kata Afrizal dalam salah satu puisinya.Â
Ada pengamat sastra menyebut puisi-puisi Afrizal sebagai puisi 'berpintu banyak'. Maksudnya, puisi-puisi Afrizal Malna dapat dibaca dari bait mana saja.Â
***
Dan kini di era milenial, para penyair membuat diksi-diksi baru. Laptop, gawai, linimasa, dan istilah-istilah grup percakapan, dimasukkan dalam puisi-puisi mereka.Â
Mereka adalah para pemberontak, pada zamannya. Seperti kata Chairil: Semua perlu dicatat, semua dapat tempat.Â
Pilihan ada pada kita. Dicatat sebagai pemberontak berikutnya, atau hanya mendapat tempat sebagai epigon.Â
Yuk, sama-sama belajar.Â
***
Lebakwana, Oktober 2020.Â