"Iya, barangkali."
"Pantesan uang saya sering hilang."
"Gawat."
Mas Slamet kini menjadi pusat perhatian. Apa yang dilakukan Mas Slamet kini menjadi pembenaran bagi tetangganya, bahwa ia memang punya tuyul.Â
Lihat saja cara ia berjalan, lihat saja cara ia berbicara, lihat saja cara ia mengayuh becak. Perhatikan saja saat ia - Â nah, ini! - Â menggendong anak. Konon, orang yang mempunyai tuyul tangannya sering ke belakang, seperti menggendong anak.
Itu menandakan, masih konon, ia sedang menggendong tuyul. Celakanya Mas Slamet memang sering sore-sore menggendong anaknya di belakang. Di belakang anaknya itu pasti ada tuyulnya, bisik-bisik warga.Â
Warga gelisah, tak senang, dan akhirnya berujung dengan kemarahan. Bagi warga tak penting apakah seseorang benar-benar pernah melihat tuyul atau tidak, apakah seseorang pernah kehilangan uang atau tidak. Yang tampak kini adalah, Mas Slamet mendadak kaya dan tak jelas dari mana ia dapatkan uangnya.Â
Lagi, mengenai ranjang itu, astaga, mengapa harus seharga 50 juta? Jangan-jangan ranjang itu untuk tidur tuyul itu. Jangan-jangan...?Â
"Lapor, Pak RT. Bagaimana tentang warga kita yang satu itu?"
Pak RT pun memanggil Mas Slamet.Â
"Begini, Mas Slamet..."