Sebenarnya ada sekitar sepuluh kelurahan yang terkena dampaknya, tapi kelurahan tempat tinggal Pak Mur paling parah. Jaringan listrik, jaringan komunikasi putus total.Â
Bantuan berdatangan.Â
Ada yang mengirim obat-obatan, makanan, tenda, pakaian, dan banyak lagi. Termasuk bantuan dari Kelurahan Lampu.Â
Tapi Pak Mur tak sudi menerimanya. Tentu hal ini diprotes dengan istrinya.Â
"Dari Kelurahan Lampu bantuannya paling banyak, Pak. Selain beras mereka juga mengirim rendang, opor ayam, ayam geprek, juga mengirim pakaian yang bagus-bagus. Sedang kelurahan lain cuma mi instan dan ikan asin," jelas istrinya.Â
"Apa pun yang berbau Kelurahan Lampu, aku nggak sudi!" Pak Mur tak senang.Â
Dan yang lebih menjengkelkan Pak Mur, dia tak bisa main internet. Ia tak bisa lagi mendengar perkembangan Kelurahan Lampu. Mudah-mudahan ada bom nuklir jatuh di Kelurahan Lampu, geram Pak Mur.Â
Orang-orang sibuk membereskan rumahnya, Pak Mur malah mendatangi Kantor PLN dan Kantor Telekomunikasi.Â
"Kapan bisa beresnya, Pak?"
"Ya, nggak tahu, Pak. Bisa seminggu, dua minggu, atau bisa sebulan."
"Lama sekali?"