Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cinta] Purnama, Api Unggun, dan Cinta yang Menyala

15 Maret 2020   10:09 Diperbarui: 15 Maret 2020   11:28 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Sudah kuputuskan di usia senjaku aku menyepi. Maka kubuat huma di kaki bukit, di tengah hutan, dengan pepohonan yang masih rapat, jarang terlihat manusia melintas. 

Hampir setahun aku di sini. Untuk kebutuhan sehari-hari aku menanam bermacam-macam umbian, sayuran, sesekali menjala ikan. 

Malam ini bulan purnama menyinari halaman humaku. Semakin terang dengan cahaya api unggun. Terlihat di sana Cantik - demikian aku memanggilnya - bersiap-siap dengan pakaian bidadarinya terbang ke kahyangan. 

Cantik adalah salah satu bidadari yang bajunya kucuri, saat ia mandi-mandi di sebuah mata air, di pinggang bukit. Tentu ia tak bisa kembali ke kahyangan. 

Kemudian ia menemani hari-hariku. Membuatkanku kopi, menemani memancing ikan, bersenda-gurau, bernyanyi, dan bercerita-cerita. 

Tapi ada perasaan aneh menyelusup dadaku. Maka pada suatu malam kuceritakan baju yang kucuri itu. Aku minta maaf. 

"Kenapa kau ceritakan?"

"Karena aku mulai mencintaimu."

Cantik tertawa, "Kalau cinta, seharusnya baju itu tetap kau sembunyikan?" 

"Cinta itu memang butuh kegilaan, tapi juga memerlukan kejujuran."

***

Kini Cantik bersiap-siap untuk terbang. Aku berusaha untuk tersenyum, mengantar kepergiannya. 

Tiba-tiba. 

"Kenapa?" aku tertegun. 

"Cinta bukan hanya kejujuran, tapi juga kegilaan."

Kemudian bidadari itu menerkam, dan melumat bibirku. 

***

Cilegon, Maret 2020. 

* ). Interpretasi secara ngawur dari legenda Jaka Tarub dan Tujuh Bidadari. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun