Mohon tunggu...
Ayah Tuah
Ayah Tuah Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat kata

Nganu. Masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Novel Cinta yang Tak Selesai

19 Februari 2020   05:58 Diperbarui: 19 Februari 2020   10:28 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sketsa oleh Arlies. 

Aku ingin membuat sebuah novel cinta; Aku dan kamu menjadi tokohnya. Di halaman-halaman pertama, adegan apa yang kamu inginkan? 

Apa sebuah benturan tak sengaja. Kamu marah, karena bajumu basah tertumpah minuman. Ada kata maaf, perkenalan, kemudian? 

Atau aku mendadak jadi pahlawan karena membuat babak-belur cowok pengganggumu. Kamu berterima kasih, kita berkenalan, lantas...? 

Ah, basi. Kayak sinetron. 

Baiklah, aku akan memulainya begini: Aku mengambil buku catatanmu, dan menuliskan kalimat, "Cantik, mau nggak jadi pacarku?" 

Kamu tersenyum, dan menuliskan kata,  "Nggak!" 

"Kenapa? Heh, aku sudah mendapatkan sertifikat 'Pemuda Baik Hati'," aku menulis lagi, mencoba berseloroh.

"Itu belum cukup. Karena...!" 

Tulisanmu tak selesai. Aku memandangmu. "Karena apa?" aku bertanya, menatap matamu. 

"Kamu jelek," jawabmu tertawa. 

Selanjutnya, ini kamu harus tahu, novel kupenuhi dengan cerita-cerita tentang kita: Akan kutulis tentang diriku yang selalu menemanimu di perpustakaan, menunggumu di gerbang kampus saat pulang kuliah, atau perlu kutulis juga saat orangtuamu memarahiku, karena kita kemalaman pulang; padahal kita terjebak banjir saat hujan deras mengguyur kota. 

Tentu ada sedikit pertengkaran. Kugambarkan kamu merajuk, karena aku terlambat menjemputmu untuk nonton film, yang memang film itu sudah lama kamu tunggu. Tiga hari kamu tidak menggubris pesan WA yang kukirim. Saat kutelepon orang lain yang menjawab, "Nomor yang Anda tuju tidak menjawab...!" 

Bagaimana kalau dimasukkan pihak ketiga. Ada cewek lain yang menggodaku, atau kamu diganggu cowok sekampus. Tapi kalau kamu lebih tertarik pada dosenmu sendiri? 

Ups, jangan! 

Aku tidak akan menuliskan seperti itu. Ini memang cerita fiksi, tapi rasanya aku tak mungkin menuliskan seperti itu. Aku cemburu. 

Cerita itu juga tak kan kutulis dengan gaya dongeng HC Andersen. Pemuda miskin dicintai perempuan kaya, atau sebaliknya. Biasa saja. Cerita mengalir dengan apa adanya. Seperti biasa yang kita jalani sehari-hari. 

Menjelang akhir novel itu tentu ada cerita air mata. Tentang kesedihanmu. Apakah karena kamu dijodohkan secara paksa oleh orangtuamu? Bukan. Apakah salah satu dari kita menderita penyakit yang sulit disembuhkan? Tidak juga. 

Cerita itu kutunda. Bukan karena kehabisan ide, atau aku disibukkan pekerjaan lain. Tapi tersebab laptopku tertumpah kopi. Saat ini sedang diperbaiki. 

Tiga hari dari sekarang cerita akan kulanjutkan. Aku janji. ***

Cilegon, Februari 2020. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun