media sosial karena pekerjaan ternyata membuat saya kangen kegiatan yang sudah lama saya tinggalkan ini. Media sosial memang atraktif, meriah, sangat nagih. Mereka =seperti lampu sorot. Tapi justru itu, Â diam-diam membuat saya rindu suasana yang lebih hening tapi nikmat: menulis.
Entah mengapa dorongan ini tiba-tiba muncul: ingin nge-blog. Tepatnya, nge-blog lagi.Sehari-hari bergaul denganSaya sesekali memang masih menulis (biasanya feature). Terutama untuk media tempat saya bekerja: goodnewsfromindonesia.id. Tapi karena tanggung jawab utama saya di sana lebih pada urusan manajemen dan memastikan bisnis berjalan, menulis bukan menjadi kewajiban saya sehari-hari. Sisanya, saya menulis (kalau masih bisa disebut begitu) untuk caption di media sosial saya sendiri.
Karena rasa kangen tersebut, belakangan saya sempat menengok "kampung halaman" Â yang menyimpan tulisan-tuisan saya. Mulai dari blogspot, lalu Kompasiana, Kaskus, juga melihat-lihat fitur catatan di Facebook. Â
Meskipun untuk platfom seperti Kompasiana dan Kaskus saya merasa seperti perantau  yang terheran-heran ketika baru pulang kampung lagi. Sekarang mereka sudah seperti media online mainstream. Layoutnya dinamis, sangat media, serta ramai dengan rubrik, iklan, dan fitur lainnya. Topik-topik yang menjadi headline atau mendapatkan tempat utama pun diisi oleh topik-topik yang sedang menjadi tren yang sedang jadi perbincangan. Jujur saja, sebenarnya saya kangen suasana yang dulu. Tapi ini memang perasaan semua perantau yang mudik, kangen suasana dulu. Padahal jaman sudah berlari kencang entah ke arah mana:)
Hal yang paling menyedihkan dari percobaan pulang kampung ini adalah saya tidak berhasil menyelematkan blog dengan domain wahyuaji.com. Padahal lumayan banyak isinya. Domain dan hostingnya habis sekitar dua tahun lalu dan saya tidak memperpanjangnya. Saya tidak sempat mengucapkan kata perpisahan dengan blog itu, tidak tahu pula di mana ia terkubur sekarang.
Banyak alasan tidak nge-blog
Anda mungkin setuju, daya tarik blog sudah semakin redup. Bagi pemiliknya, nge-blog butuh energi lebih karena untuk bikin konten harus selalu mikir lalu nulis panjang. Bagi pengunjung, jelas lebih enak menikmati konten-konten instan di media sosial (baca caption, lihat gambar, video, dan suara) dari pada membaca artikel.
Saya tidak menemukan data berapa jumlah blog atau bloger aktif di Indonesia saat ini. Tapi kalau membaca angka-angka periode 2010 -2017, jumlahnya pernah naik, tapi setelah itu terus menurun. Padahal pada saat keemasaannya, bloger sampai dibuatkan "Hari Bloger Nasional" oleh Kemkominfo pada masa Pak M. Nuh pada 27 Oktober 2007. Ada Pesta Bloger, lalu diubah nama jadi On-Off, hingga kemudian Off betulan sekarang.
Hari Blogger Nasional ke-13.
Hari Bloger Nasional diperingati setiap tahun. Â Tapi lambat laun seperti terbang terbawa angin. Ditakacuhkan orang. Kalau pun masih ada yang mengingat dan membahas, lebih sering dijadikan ajang saling tanya "Kapan terakhir nengok blog-mu?". Seandainya masih segegap gempita dulu, kita mungkin baru saja merayakannya secara besar-besaran dan virtual 27 Oktober kemarin sebagaiSaya bertanya pada beberapa orang yang setahu saya dulu nge-blog, mereka sudah tidak mengurus blog nya lagi. Kalau pun masih ada, jarang sekali diisi. Bahkan ada yang mengunggah tulisan setahun hanya sekali. Apalagi di kalangan usia muda, blog tidak lagi menjadi pilihan.
Meskipun saya mengenal beberapa teman usia muda yang ternyata nge-blog. Untuk mereka ini, saya sangat kagum.
Tapi itu sedikit sekali di antara banyak. Di antara erosi parah minat baca yang tergantikan minat nonton, ketagihan ngonten menggantikan kebiasaan nulis, membuat kita lebih mudah bertemu alasan untuk tidak ngeblog lebih  dari pada alasan untuk susah-susah nge-blog.