Mitos itu sangat kuat. Mitos itu tumbuh berakar di tanah subur ketakutan akan kematian tanpa orang tua. Mitos itu masih menghantui Tita, membuat jantungnya berdebar kencang, membuat kakinya goyah, membuatnya berpikir dua kali ketika berdiri di depan retakan.
Bahkan kalau dia tidak bisa menginjak retakan, apakah mengherankan kalau dia telah melanggar tekadnya dan datang ke sini?
Dia mendongak. Sebuah tangan tak terlihat mengangkat tirai. Cahaya jingga muncul di jendela. Sang cenayang telah melihatnya. Dia tidak bisa mundur sekarang.
Angin bertiup kencang, menghantam punggungnya dan dinginnya mencapai tulang-tulangnya, seolah-olah mantelnya terbuat dari kertas. Sang cenayang dengan acuh tak acuh membuka pintu depan dan membiarkannya sedikit terbuka. Aroma jeruk dan cengkeh tercium keluar. Sedikit kehangatan yang nyaman. Intip bantal oriental dalam warna hangat merah tua dan magenta.
Seluruh dirinya ingin melompati anak tangga pertama yang tidak terawat dan berlari menaiki tangga menuju pelukan pembaca telapak tangan yang menenangkan, tetapi dia tidak melakukannya.
Di usia empat puluh, dia ingin melupakan semua takhayul: menahan napas saat melewati kuburan, mengetuk kayu saat sesuatu yang baik terjadi, dan meraih kartu tarot setiap kali masa depan menjadi tidak pasti. Dia sudah muak dengan semua itu. Ramalan yang menenangkan tetapi menariknya semakin jauh dari kenyataan.
Sang cenayang menjulurkan kepalanya keluar dari pintu, matanya waspada dan mencari-cari. Anting bulan sabitnya menangkap sinar terakhir matahari terbenam.
"Mau masuk, Sayang?" tanya sang cenayang, suaranya lembut berayun.
Tita membiarkan kakinya terkulai. Yang benar-benar dia inginkan adalah kontak dengan badai yang berantakan, kacau, dan nyata yang mengamuk dalam hidupnya. Dia ingin bisa merangkul ketidakpastian, untuk berkembang dalam detak jantung yang meningkat, napas yang cepat.
Dia tidak ingin meredakannya dengan kebohongan yang menenangkan lagi. Ini adalah kilometer pertama dalam perjalanan panjang yang telah dia janjikan pada dirinya sendiri untuk diselesaikan. Membongkar perancah tipis selangkah demi selangkah yang secara keliru menenangkannya.
Dia ingin melihat apa yang akan terjadi kalau dia berhasil.