Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Interogasi

30 November 2024   12:12 Diperbarui: 30 November 2024   11:36 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teknisi yang masih sangat muda itu menganalisis monitornya. Seragam cokelat yang dikenakan longgar tanpa dikancing membungkus pakaian gotik miliknya yang anehnya cocok dengan ruangan gelap dalam cahaya lampu biru temaram, dan tampak organik di tempat mereka berada.

"Unduhan selesai. Kapan saja."

Sirondang memeriksa jam di layar matanya, pukul 9:08 malam. "Siap, Oji?"

"Kapan saja, Bek. Silakan, cewek penggoda."

Teknisi itu menekan tombol yang diperlukan pada monitornya dan tong berbentuk manusia roti jahe berisi cairan putih di depan mereka mulai menggelembung.

"Kode genetik: bagus. Diferensiasi sel: bagus. Pembentukan sel dengan kode otak: bagus. Dan ... selesai.  Bangun."

Tong itu meletus dalam gumpalan tersentak-sentak yang setelah cairan kental itu mengalir, berubah menjadi pria paruh baya berkulit gelap yang terengah-engah karena kehabisan napas saat dia duduk telanjang berlumuran cairan.

"Syauki Herry?" tanya Bek. Pria itu mengangguk dengan kasar sebagai jawaban, membuat tetesan lendir beterbangan dari rambutnya.

"Saya detektif pembunuhan Rebekah Sirondang, ini rekan saya, unit Android Polisi OG-762 ."

"Teman-teman saya memanggil saya Oji. Bisakah Anda berbicara, sobat?"

"Di mana aku? Apa yang aku lakukan di sini?"

"Itu artinya 'ya'," canda Oji.

"Tuan Syauki, saya minta maaf. Anda telah menjadi korban pembunuhan," kata Beka, sesuai dengan protokol.

Ada jeda.

"Apakah ini surga?"

"Bukan," lanjut Beka. "Ini adalah fasilitas kloning pod di Lantai 35 Jakarta Underground."

"Apa yang aku lakukan di sini?"

"Untuk kepentingan hukum," jawab Oji.

"Apa?"

Beka menyampaikan penjelasan yang sudah dihafalnya semasa masih di akademi.

"Anda tahu bahwa implan saraf standar Anda merekam semua ingatan Anda untuk memudahkan akses pribadi?" Green mengangguk. "Menurut Undang-Undang Privasi Mahiwal tahun 2029, polisi dilarang mengakses secara langsung semua memori yang terekam, bahkan dalam kasus korban pembunuhan."

"Nah, di sinilah hal-hal menjadi lebih keren," sela Oji.

Beka melanjutkan, "Namun, memori seseorang boleh diunduh sementara ke dalam klon pod 'cetakan'. Salinan seperti itu dapat digunakan untuk interogasi."

"Maksudmu aku---"

"Lahir dari bak mandi penuh dengan sel punca dua menit yang lalu?" sela Oji, "Ya."

"Apa hal terakhir yang kamu ingat?" lanjut Beka.

"Aku---aku sedang berdebat dengan istriku, lalu dia mengacungkan pisau dapur dan---dan---"

"Ha!" seru Oji sambil menunjuk dengan nada mengejek ke arah rekannya, "Sudah kubilang pasti istrinya!"

"Baiklah, kamu tidak perlu menyombongkan diri," kata Beka. Dia menoleh ke teknisi, "Hanya itu yang kami butuhkan."

Teknisi itu menekan tombol lain dan tiruan Syauki Herry berubah kembali menjadi gumpalan lumpur putih yang dapat diprogram lagi.

"Ayo kita cari bukti yang memberatkannya."

Kedua polisi itu berjalan kembali ke lift.

"Hei, Oji."

"Ya, Beka?"

"Apakah pernah terasa aneh bagimu? Melelehkan korban pembunuhan lagi seperti itu?"

"Tidak, yang kita lakukan hanyalah membakar salinan transkrip."

"Kurasa kamu benar. Tapi Oji, berjanjilah padaku."

"Janji apa?"

"Jangan lakukan itu padaku kalau aku dibunuh."

"Heh. Jangan khawatir, Bek, aku tidak akan melakukannya."

Pintu lift terbuka dan mereka berdua melangkah masuk.

Oji menambahkan, "Kenapa aku harus membunuhmu kalau cuma untuk membuat yang lain?"

Cikarang, 30 November 2024


Note: Terima kasih kepada Panitia Kompasianival 2024 yang telah memberikan voucher Kompasiana Premium 3 Bulan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun