Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dongeng tentang Rambut Para Putri dalam Dongeng

21 November 2024   07:07 Diperbarui: 21 November 2024   07:07 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

***

Awalnya, para putri ini mengira mereka menderita sendirian. Masing-masing mereka sangat ingin memperbaiki masalah rambut yang sudah menghebohkan jagat dongeng. Sekarang setelah tahu bahwa tidak ada yang bisa memperbaikinya, tetapi mereka punya masalah yang sama. Itu sesuatu.

Mereka membentuk grup Whatsapp 'Putri Dongeng dengan Masalah Rambut'.

***

Aurora adalah yang paling menderita. Seratus tahun. Pada saat dia bangun dari tidur panjangnya, sedikit rambutnya yang masih utuh telah menjadi jaring laba-laba dan sarang tikus. Rambutnya kusut tersangkut duri dan penuh dengan debu. Dia mencabutnya dengan jari-jarinya yang rematik, meninggalkan bulu halus pucat dan menyedihkan yang bahkan tidak cukup untuk menjadi uban.

Dia tidak akan memakai wignya. Dia tidak akan menutupi kepalanya yang berbulu persik sama sekali. Dia mencoba meyakinkan kita semua untuk membuka mata, untuk melihat apa yang kita tahu ada di hadapan kita.

Ada hal-hal yang tidak seorang pun memberi  solusi kepadamu.

Betapa rapuhnya kecantikan. Betapa tidak berartinya bagi mereka. Betapa mudahnya seorang putri yang telah kedaluwarsa kecantikannya dapat berubah menjadi penyihir jahat.

 

[07:07]Aurora: Lebih baik menjadi penyihir daripada tidak sama sekali.

Yang lain setuju dan memberi ikon jempol dan hati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun