Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Qinx

13 November 2024   11:11 Diperbarui: 13 November 2024   11:18 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika suamiku kembali, dia berbeda. Di malam hari ketika aku berbaring di sampingnya, aku hanya berpura-pura tidur. Dan ketika aku benar-benar tertidur, aku bermimpi. Dan terbangun dengan lega. Sampai aku ingat mengapa aku memimpikannya.

Aku tidak ingin dia pergi ke Quilnox sejak awal, tetapi pada saat itu--tidak dapat disangkal--mereka yang berani menyeberangi perbatasan memperoleh banyak uang dari Barat Baru. Rupanya Qinx sedang menjadi tren di sana. Kamu tinggal mampir ke bilik kecil di pinggir jalan dan sekejap saja selesai. Ya, aku berharap dia akan membawa sesuatu kembali. Tetapi sebuah objek, cetak biru, desain: bukan sesuatu yang internal.

Qinx adalah emosi: emosi baru, yang belum pernah ada sebelumnya. Aku biasa memohon kepada suamiku untuk menggambarkannya tetapi dia tidak bisa. Itu tidak seperti kemarahan atau kepuasan atau ketakutan atau nafsu atau kelelahan atau kebosanan atau harapan. Tidak juga seperti campuran dari semua ini--tidak seperti campuran warna. Suatu warna baru.

Aku bisa tahu kalau Qinx datang padanya. Bahkan dari belakang aku bisa mengenali perubahan bentuk tubuhnya. Dari depan, wajahnya akan berubah dengan cara yang... tak bermakna. Bukan manusia, bahkan bukan hewan: hanya sesuatu yang lain. Lalu aku berpikir: Bagaimana kalau dia mengalaminya saat kami sedang bercinta?

Aku bisa gila karena sepertinya tidak pernah ada alasan untuk apa yang memicunya. Terkadang warna biru yang melakukannya, tetapi di lain waktu bukan. Terkadang derit kursi di ruangan yang pengap. Terkadang foto liburan yang sangat biasa. Terkadang itu adalah aku. Itu adalah aku, tetapi aku tidak terlibat.

Aku mungkin juga menjadi ruangan yang pengap atau foto yang membosankan.

Saya aku bertanya kepadanya: "Untuk apa itu?"

"Itu bukan untuk sesuatu yang khusus," katanya. "Itu bukan evolusi, itu buatan."

Aku benci keangkuhannya ketika dia mengatakan itu.

Aku memohon padanya agar benda itu dicabut, tetapi saat itu mereka telah menutup perbatasan dan tidak ada kesempatan. Aku tahu dia merasa lega.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun