Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mimpi

8 November 2024   23:23 Diperbarui: 9 November 2024   03:44 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Aku adalah seorang pekerja tambang dan pemerintah menyita tambang tersebut ketika Prancis menarik diri. Aku tidak mendapat upah selama dua minggu. Aku butuh pekerjaan. Tanpa pekerjaan, tidak ada uang. Tanpa uang, aku tidak dapat membayar bedeng satu kamarku. Aku mengemas semua barang milikku ke dalam koper usang yang aku dapat dari sampah keluarga Prancis.

Seminggu kemudian aku tiba di Pantai Gading. Dengan sisa uang, aku mendapatkan tempat di sebuah bedeng bersama delapan orang lainnya. Setiap pagi, aku pergi ke pusat kota dan mencoba mencari pekerjaan. Setiap hari aku mendapat pekerjaan sambilan. Memasang batu bata, konstruksi kecil, mengangkut sampah.

Dengan uang yang kudapat, aku mampu membeli semangkuk sup dan minuman di sebuah kedai di lingkungan kumuh tempat tinggalku.

Alasan terpenting untuk bekerja adalah untuk membeli minuman. Aku tahu kalian akan menghakimiku. Aku tahu kalian akan bilang bahwa aku tidak boleh minum.

Minuman adalah caraku untuk melarikan diri. Minuman mengangkatku keluar dari kekacauan dan kotoran hidup. Di kedai, aku berbicara dengan sesama lelaki lain dan kami berbagi. Bukan tentang betapa menyedihkannya hidup kami. Kami berbagi mimpi.

Aku punya banyak mimpi.

Perutku sering kosong. Tempat tidurku tumpukan selimut usang di lantai beton.

Aku punya mimpi.

Membawa wanita kulit putih ke tempat tidurku. Menjadi jutawan dengan pesawat jet pribadi. Menjadi bintang film Prancis. Memenangkan penghargaan di Festival Film Cannes.

Mimpiku selalu ada. Mimpi Melembutkan rasa lapar dan kesengsaraan. Minuman membuatku tenggelam di dalamnya.

Namaku Pierre. Kulit hitam. Aku tidak pernah sekolah. Aku bisa berbicara bahasa Prancis.

Aku bermimpi.

Seorang antropolog yang mengunjungi desaku ketika aku masih kecil mengatakan bahwa kita tidak boleh bermimpi kalau kita lapar. Kecuali kalau mimpi itu tentang makanan.

Aku tertawa dan kembali menimba air dari sumur sambil bermimpi menjadi Presiden Prancis.

Cikarang, 8 November 2024

Note: Terima kasih kepada Panitia Kompasianival 2024 yang telah memberikan voucher Kompasiana Premium 3 Bulan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun