Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terdampar

16 September 2024   17:51 Diperbarui: 16 September 2024   17:58 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Suatu ketika, ada seorang lelaki tua yang mencintai laut, karena laut telah menjadi hidupnya. Suatu hari, datanglah gelombang pasang yang melemparkannya tinggi ke pantai lalu surut, membersihkan pantai dari istana pasir, jejak kaki, dan pesan yang ditulis dengan ranting kayu.

Awalnya, dia menikmati alunan debur ombak, tetapi kemudian suara itu mulai merasuki kepalanya dan menghanyutkannya. Hari-hari dalam seminggu adalah yang pertama kali hilang, kemudian nama, wajah, tempat. Semuanya terhanyut ke laut oleh pasang surut.

Setiap hari, dia pergi ke tepi pantai mencari kenangan, tetapi yang dia tangkap hanyalah serpihan masa lalu: kilatan mata, gema tawa, warna rok seorang gadis.

Suatu hari, seorang wanita muda datang kepadanya dari kabut laut. Dia menatap dan melihat bahwa wanita itu memiliki mata yang indah. Dia mengenali mata itu.

"Apakah kamu istriku?" tanyanya.

"Bukan," jawabnya. "Aku cucumu."

Dia bertanya apakah gadis itu akan mengantarnya pulang, dan gadis itu berkata, "Mungkin lain kali."

Sementara itu, cucunya membantunya memancing. Maka, mereka memancing berdampingan hingga dia kelelahan. Kemudian, dia memberikan umpan yang tersisa dan berkata, "Lanjutkan."

.

Cikarang, 16 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun