Suatu ketika, ada seorang lelaki tua yang mencintai laut, karena laut telah menjadi hidupnya. Suatu hari, datanglah gelombang pasang yang melemparkannya tinggi ke pantai lalu surut, membersihkan pantai dari istana pasir, jejak kaki, dan pesan yang ditulis dengan ranting kayu.
Awalnya, dia menikmati alunan debur ombak, tetapi kemudian suara itu mulai merasuki kepalanya dan menghanyutkannya. Hari-hari dalam seminggu adalah yang pertama kali hilang, kemudian nama, wajah, tempat. Semuanya terhanyut ke laut oleh pasang surut.
Setiap hari, dia pergi ke tepi pantai mencari kenangan, tetapi yang dia tangkap hanyalah serpihan masa lalu: kilatan mata, gema tawa, warna rok seorang gadis.
Suatu hari, seorang wanita muda datang kepadanya dari kabut laut. Dia menatap dan melihat bahwa wanita itu memiliki mata yang indah. Dia mengenali mata itu.
"Apakah kamu istriku?" tanyanya.
"Bukan," jawabnya. "Aku cucumu."
Dia bertanya apakah gadis itu akan mengantarnya pulang, dan gadis itu berkata, "Mungkin lain kali."
Sementara itu, cucunya membantunya memancing. Maka, mereka memancing berdampingan hingga dia kelelahan. Kemudian, dia memberikan umpan yang tersisa dan berkata, "Lanjutkan."
.
Cikarang, 16 September 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H