"Lebih baik daripada menjadi seseorang yang berpikir bahwa shopping akan menyelesaikan masalah."
Dia berdiri, mengabaikan tabloid yang berceceran di lantai. Menuang kopi dari teko.
"Shopping menenangkan saraf."
"Itu cara bersantai yang hanya bisa dilakukan oleh orang bule."
Aku meletakkan cangkirku yang kosong di bangku di sampingnya.
"Aku tidak akan membuatkanmu kopi."
"Jadi, tidak ada kado darimu kalau begitu."
"Tidak karena kamu sedang menjalani terapi kafein." Dia menjatuhkan cangkirku ke wastafel yang sudah berantakan dengan berbagai peralatan kotor. "Ini cangkir ketigamu dalam satu jam."
"Menajamkan otakku. Membuatku mampu melihat omong kosong di balik frasa 'kado untuk diri sendiri'."
"Memungkinkan kamu mengatakan hal-hal yang sama sekali tidak masuk akal."
Aku memeluk pinggangnya. Menciumnya.Â