Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lubang

1 September 2024   15:13 Diperbarui: 1 September 2024   15:15 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim 

Awalnya Sarah mengira itu adalah noda yang harus dihilangkannya dibersihkannya dari meja dapur yang berkilau. Noda yang sangat kecil, hampir tidak lebih besar dari kepala jarum pentul, tetapi jika dia membiarkannya, Zauki akan memperhatikan.

Oh ya, Zauki pasti akan memperhatikannya. 

Memar-memar di badannya masih belum hilang sejak terakhir kali Zauki memperhatikan sesuatu yang tidak beres di rumah yang sangat bersih cenderung steril itu.

Sarah menyeka noda itu tetapi tidak hilang. Dia menyeka lebih keras. Alih-alih noda itu hilang, sepotong kecil permukaan meja dapur terkelupas. Sarah mengintip lebih dekat. Dia menggaruk tepi noda itu dengan kuku jarinya yang patah. Yang mengejutkannya, lebih banyak noda yang terkelupas.

Sama sekali bukan noda. tapi lubang. 

Lubang sangat dalam yang memperlihatkan kegelapan pekat yang dari dalamnya muncul alunan musik berbisik dan ... apakah itu suara gelak tawa?

Saat berkonsentrasi pada suara-suara itu dan kegelapan yang tak terputus, dia bersumpah dia mencium aroma permen kapas, corndog, dan serbuk gergaji.

Rasa ingin tahu menguasai. 

Sarah terus mengikis bagian lain dari meja dapur, mengabaikan suara ketakutan panik yang menjerit di kepalanya. Dia membersihkan hampir seluruh meja dapur menjadi lubang hitam sebelum dia memikirkan apa yang sedang dilakukannya.

Zauki pasti akan marah.

Memar yang kemarin tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang akan dia dapatkan saat Zauki melihat lubang menganga di rumah yang sempurna ini.

Sarah mendengar pintu garasi terbuka.

Zauki sudah pulang.

Suara pintu mobil dibanting. Sarah menatap lubang itu.

Gantungan kunci rumah Zauki berdenting di lubang kunci. Sarah menyentuh tepi lubang di atas meja dapur.

"Sebodo amat."

Sarah naik ke atas meja dapur dan menurunkan `kakinya di tepi lubang.

"Tidak mungkin lebih buruk dari tempat ini."

***

Saat berjalan ke dapur, Zauki langsung melihat bintik hitam sebesar kepala jarum pentul di atas meja dapur.

"Sialan dangkalan. Dasar perempuan pemalas!" gerutunya.

Dia mengambil lap chamois dan menghapus noda itu.

Cikarang, 1 September 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun