Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pergi!

31 Agustus 2024   21:23 Diperbarui: 31 Agustus 2024   21:24 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pintu diketuk.

Itu dia.

Aku sudah sembunyi di belakang sofa lebih cepat daripada kedipan mata.

Lebih keras sekarang.

Pergi, pergilah. Rasakan buku-buku jari lelah dan mengganggu bel pintu rumahku juga.

Aku mencoba menghindari panggilan teleponnya, tetapi tidak bisa terus-terusan. Maka sesekali aku menyerah.

"Apa kabar?"

"Baik-baik saja, semuanya baik-baik saja." Aku mencoba terdengar ceria agar dia berhenti menggangguku, berdoa agar dia tidak mulai membicarakan tentang istrinya yang tolol, tamannya, pekerjaannya.

Dia seorang aktuaris. Seperti pembunuh bayaran, tetapi tanpa sensasi.

Beberapa menit kemudian dan...

"Mereka menempatkanku pada proyek baru ini, sungguh menarik..."

Sambil menelan ludah, aku membiaRkan pikiranku mengembara ke pantai atau kota asing, sendirian, tak seorang pun mengenalku, sementara dia terus mengoceh.

Bagaimana ini bisa terjadi?

Ketukan berhenti.

Tahan napas.

Satu menit.

Dua menit.

Aku berdiri tegak, ingin minum teh.

Lalu aku mendengarnya.

"Ma?" serunya. "Mama di dalam? Ma, ini aku."

Aku membeku.

Menyerah sekarang dan semuanya akan selesai.

Satu jam penyiksaan. Wajahnya yang gemuk dan bodoh terus merengek, dan aku ingin meraih wajan untuk mengakhiri semuanya.

Lalu dia pergi.

Burung-burung berkicau lagi dan aku menuju ketel.

Terkadang aku berpikir untuk pergi begitu saja.

Tidak baik, ya?

Mungkin ada komunitas untuk emak-emak sepertiku. Meratap, mengeluh, dan mencari tahu di mana kesalahan kami.

Lucu, kan?

"Bukan aku masalahnya," kataku pada burung gereja di ambang jendela, dan aku menyeruput tehku.

Tulisan DIJUAL menari-nari dalam pikiranku.

Cikarang, 31 Agustus 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun