Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cara Berduka

17 Juni 2024   20:36 Diperbarui: 17 Juni 2024   20:45 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kamu mencintai seseorang.

Seorang kekasih, yang mencampakkan selimut dan kesal karena pintu kamar mandi terbuka. Ibumu. Adik laki-lakimu---yang tidak pernah menelepon, malah berkomunikasi melalui selfie dengan pesan teks yang konyol dan terlalu singkat.

Sesuatu terjadi, sebagaimana sesuatu pasti terjadi. Pengemudi yang mabuk. Perampokan. Bunuh diri.

Kamu menangis berhari-hari, atau mencoba untuk tidak menangis. Atau keduanya.

Atasanmu menyuruhmu mengambil cuti selama yang kamu perlukan.

Suatu hari, dadamu terasa sangat sakit karena semua rasa nyeri itu. Menangis tidak lagi membantu---dan memang tidak pernah benar-benar membantu.

Cukup mencintai seseorang saja, sehingga kamu mampu menciptakan mesin waktu.

Mungkin kamu memang jenius. Keringkan air matamu dan mulailah mengumpulkan suku-cadang yang perlu. Tanganmu berlumuran gemuk dan minyak pelumas.  

Otak sampai meleleh berkeringat, merancang rupa logam dan kabel listrik serta kode pemrograman.

Pekerjaan itu membuatmu lelah. Pekerjaan tersebut merasuk hingga ke paru-paru sampai harus tubuhmu yang mengingatkanmu untuk bernapas.

Atau mungkin kamu tidak terlalu pintar, tapi kamu putus asa. Kamu memeras otak membuat rencana, berbohong, dan mencuri.

Kamu mencuri mesin waktu untuk dirimu sendiri, melanggar hukum yang bahkan cukup ringan jika dibandingkan dengan hukum melanggar ruang dan waktu.

Dan kamu tidak tahu apa yang kamu lakukan. Tapi yang kamu butuhkan hanyalah keberuntungan.

(Ada yang tidak beres. Saat-saat seperti itu tidak perlu dipikirkan lagi. Coba lagi.)

Kamu cukup mencintai seseorang untuk kembali ke masa lalu.

***

Kamu kembali ke masa lalu.

***

Untuk sementara waktu, segalanya tampak sedikit lebih cerah. Kamu hidup, senang, bahagia! Kamu bersenandung tanpa suara, memperhatikan orang yang kamu cintai membuat kopi. Warna mata mereka berbeda, baru dan indah.  

Kamu menangis.

Tapi kamu sudah menonton semua filmnya. Kamu sudah membaca banyak novel jelek untuk mengetahui bagaimana kelanjutannya. Kepanikan hendak melompat dari tenggorokanmu.

Seseorang, menurutmu---seseorang mengetahui. Barista di kafe pojok jalan. Seorang tetangga. Janda yang mengajak jalan-jalan anjingnya pada jam yang sama setiap pagi.

Atau mungkin kamu pernah mendengar teorinya. Kamu memang jenius. Tergantung pada kondisi awalkepak sayap kupu-kupu di Beijing.

Remaja yang menabrak mobil kekasihmu tetap hidup dan melarikan diri. Dua orang tewas---sekarat di jalan raya.

Tidak perlu memeriksa CCTV untuk kejahatan yang tidak terjadi. Dia lolos.

Adikmu kembali ke sekolah.

Kamu mencintai seseorang. Tidak ada dunia yang sempurna.

***

Rumah sepi, TV mati.

Kamu memakai sepatu dan menatap lantai linoleum yang lecet-lecet dan pudar.

Kamu cukup mencintai seseorang untuk memperbaiki keadaan. Kotak pisau kosong dengan sendirinya ke atas meja. Kamu memilih yang terbaik.

Tidak ada gunanya meninggalkan pesan, tapi kamu tetap menuliskannya.

Kamu akan kembali segera dalam waktu singkat.

***

Kamu kembali ke masa lalu.

Cikarang, 17 Juni 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun