Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Makan Malam Zombie

8 April 2024   15:50 Diperbarui: 8 April 2024   15:57 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Saat zombie muncul, warga Teluk Belanga mengunci diri di dalam rumah dan mengharapkan peluru menyelesaikan masalah mereka.

Namun siapa pun yang cukup bodoh untuk mencoba menembak zombie tersebut gagal, karena pelurunya hanya menembus mayatd an para penembak sering kali membayar dengan nyawa mereka.

Mengintip ke luar jendela, Nyonya Sri Ambarwati melihat mayat-mayat baru yang tergeletak di tempat mereka terjatuh, karena penduduk kota terlalu takut untuk mencoba mengambil kembali mayat mereka. Mereka tidak bangkit dan berjalan bersama para pembunuhnya.

Jika tidak terancam, zombie tampaknya tidak agresif. Maka, dia meletakkan kembali senapan berburu mendiang suaminya di bawah tempat tidurnya.

Nyonya Sri Ambarwati kemudian duduk di teras depan rumahnya, menunggu dan mengawasi selama beberapa hari, meskipun bau mayat menguar menusuk indra, sebelum dia memutuskan sebuah rencana.

Dia memasak semua daging di rumah, membumbuinya dengan banyak garam. Kemudian dia membuka kedua pintu rumahnya dan berseru, "Hai, zombie! Masuklah dan makan bersamaku."

Mereka memenuhi undangannya dan masuk ke dalam rumah, lalu duduk di tempat yang dia suruh, dan diam-diam menerima sepiring daging.

Akhirnya, Nyonya Sri Ambarwati mengambil piringnya sendiri dan mengucapkan doa sebelum makan seperti biasa.

"Amin. Makanlah, teman-teman. Beberapa dari kalian pasti belum makan selama bertahun-tahun. Kalian pasti lapar."

Dan mereka semua makan dengan canggung. Semuanya berantakan. Kuah kari tumpah ke karpet Korea merah muda Nyonya Sri Ambarwati. Beberapa piring jatuh dan pecah berantakan di lantai. Namun satu per satu zombie menelan makanannya.

Satu demi satu mata mereka yang keruh menjadi jernih dan sedih ketika mereka menyadari siapa mereka dulu dan siapa mereka sekarang. Masing-masing secara bergantian menjatuhkan makanannya, berdiri, dan berjalan keluar rumah menuju kuburan umum tua yang berjarak satu kilometer dqari rumah Nyonya Sri Ambarwati.

Di sana mereka berbaring dan kembali menjadi tanah dan debu.

Lambat laun kehidupan kembali normal di Teluk Belanga. Yang mati, lama dan baru, dikuburkan. Noda-noda dibersihkan dari karpet Nyonya Sri Ambarwati, dan setiap akhir pekan dia membawa bunga ke makam para mantan tamu makan malamnya.

Cikarang, 8 April 2024 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun