Panasnya Resepsi Penikahan
"Lebih baik rapikan rokmu, Citra sayang. Kecemburuanmu tampak jelas."
Suara Prana memiliki cara tersendiri untuk menyelami jauh ke dalam jiwa Citra dan menyinari semua yang dia coba sembunyikan. Meskipun sia-sia membantah pria jangkung tegap yang berdiri di belakangnya, Citra memeluk dirinya sendiri, menjaga matanya tetap fokus pada pengantin yang berputar-putar di hadapannya. "Kenapa aku harus cemburu?"
"Hanya karena kamu suka Mahiwal sejak kita masih SMA. Let it go. Sudah waktunya untuk melupakan cinta lama. Doakan saja supaya dia dan Ghea bahagia."
Citra menegakkan tulang punggungnya. "Yang kamu bilang cemburu, aku sebut cuaca panas. Orang waras mana menjadwalkan pesta resepsi outdoor di bulan Juli di Karawang? Dengan tema antebellum? Ghea boleh mengambil kembali gaun pengiring pengantin ini dan---"
"Tenang, tenang. Ghea bestie kamu. Lagipula, kamu terlihat menawan dalam... bahan apa ini?" Dengan jarinya, Prana mengusap kain yang tersampir di bahu Citra.
"Kain tule. Wabah penyakit kesebelas di Mesir.".
Tawa hangat Prana mengangkat sudut bibir Citra.
Di seberang lantai dansa, dua pengiring pengantin lainnya menatap tajam ke arah Citra. Tidak mengherankan. Citra tidak begitu disukai---tidak pernah ada yang suka. Seperti kata emak-emak gossiper, kecantikannya dapat membangkitkan nyanyian para bidadari, namun kepribadiannya dapat membuat susu murni terbaik menjadi keju busuk terbau.
Suara DJ memotong nada akhir Ed Sheeran.