Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

CMP 129: Leunca Gandola

21 Januari 2024   10:31 Diperbarui: 21 Januari 2024   10:37 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Leunca Gandola

Kimberly memiliki sepuluh juta pengikut dan terus bertambah. Memang belum setenar Kardashian, tapi sepuluh juta follower adalah sesuatu---dan ketenarannya semakin naik. Dia adalah perwujudan dari konsep all-inclusive dan My Life My Adventure, begitu indahnya sehingga para sultan dan oligarki korporat yang bosan bersedia membayar jutaan untuk audiensi pribadi, tapi selalu ditolak. Lagu debutnya di TikTok, "Leunca Gandola", merajai Spotify. Dia memposting banyak foto di media sosialnya setiap hari, dan setidaknya satu cerita dalam seminggu. Namun terlepas dari semua itu, bahkan acara infotainment dan media gosip tidak dapat menemukannya di kehidupan nyata, dan mereka membayar orang hanya untuk menemukannya.

Kedua gadis yang berkeliaran di pantai tidak mampu membayar orang untuk mencari Kimberly, jadi mereka sendiri yang memburunya saat matahari bergerak ke barat.

"Dia pasti ada di sini," dengus Hanny. 

Hanny adalah penggemar Kimberly yang paling aktif. Ponselnya bergetar setiap kali Kimberly memposting apa pun, di mana pun. Dia memiliki setidaknya dua set pakaian perjalanan Kimberly: satu untuk dipakai, dan satu lagi untuk disimpan.

Dia menyembunyikan rasa malu di dalam hatinya karena hanya berhasil menjadi pengikut kelima Kimberly dan bersumpah di depan poster-poster idola sebelumnya yang terbakar di tempat sampah bahwa dia akan melakukan apa pun untuk menjadi orang pertama yang membeli tiket ke semua pertunjukan Kimberly.

"Dia baru saja check in," jawab Liana. "Dia disini." Liana bukan penggemar Kimberly, tapi Hanny adalah sahabatnya dan tidak memiliki minat lain yang cukup untuk mempertahankan persahabatan mereka. Ditambah lagi, apa pun pendapat Liana tentang musik Kimberly, dia menyukai pakaian itu, dan Hanny biasanya akan meminjamkannya beberapa pakaian saat mereka pergi bersama.

Pasangan ini berjalan-jalan di pantai mencari pertapa selebriti favorit dunia hingga pasir di bawah kuku kaki mereka yang dilapisi cat merah membuat kulit mereka lecet dan melepuh.

Kalah untuk sementara, mereka duduk di jetti penahan ombak antara pantai dan tempat parkir untuk berbagi kelapa muda. Hanny menelusuri Instagram dengan satu tangan, memonopoli kelapa dengan tangan lainnya. Diiringi bunyi bip yang melengking, ponselnya menampilkan foto Kimberly, dibingkai oleh dua pohon kelapa yang botak, mengenakan kaus ketat bergambar nomor 19.

"Berengsek! Dia masih di sini! Apakah aku membeli baju itu atau mencarinya lebih dulu?" Hanny melompat, membuat kelapa muda terguling menggelinding dan menumpahkan airnya. Dia dibesarkan di pantai ini dan tahu persis dari mana idolanya memposting.

Hanny berjalan menuju matahari terbenam ke lokasi foto Kimberly. Celana pendek poliester berwarna merah dan kuning yang dikenakannya terasa tidak nyaman karena agak ke kiri, tapi dia tidak berani terlihat sedang meluruskannya. Liana dengan gigih mengikutinya, kaki-kakinya yang lelah tenggelam ke dalam puncak dan palung pasir yang panas dan kering yang ditendang oleh kerumunan orang pada hari itu.

Di dekat permukaan air yang berlumpur, Hanny tersandung seorang pria tua yang mengenakan rompi kulit cokelat muda yang tidak sesuai dengan kaos berkerah hitam dan celana pendek khaki, duduk dengan kaki yang terentang dan setengah terkubur di pasir. Dia memegang ponselnya di satu tangan dan kentang bulat besar di tangan lainnya.

Pria tua itu mendongak keheranan, simetri aneh antara kentang dan ponsel, tergantung dalam kelembapan di antara keduanya.

"Apa ... sialan," Hanny mencibir. "Apa tengok-tengok?"

Liana menariknya pergi. "Ayo. Dia tidak disini. Selebriti diperbolehkan berbohong tentang check-in. Ini masalah keamanan."

"Dasar jelma kolot kentang!" Hanny memaki dari balik bahunya saat Liana menuntunnya kembali ke arah pulang.

Pria tua itu meletakkan kentangnya dan mengetik di ponselnya, 

Sayonara, Pantai Cermin! Sampai jumpa lagi kapan-kapan!

Like dari sepuluh juta follower---dan terus bertambah---membanjiri sebelum dia membaca pesan konfirmasi postingan. Emulator selebritinya bekerja lebih baik dari yang dia harapkan. Di bawah algoritma AI, sebiji terong ranti ungu di tangannya bermetamorfosis menjadi seorang gadis clubber dengan rambut sehitam bulu gagak, kulit mulus cokelat kemerahan terbakar matahari bercahaya kuning kecoklatan yang sempurna. Dua bintik samar terlihat di mata Kimberly, menatap ke arah kamera dengan tatapan menantang ala selebriti opera sabun Hollywood zaman dulu.

Saat dia mengagumi karyanya sendiri, pria tua terkejut melihat kerutan tiba-tiba muncul di sudut mulut.

Dia memasukkan kentang ke dalam tas kameranya dan berdiri, sambil mengibaskan pasir dari celana pendeknya. Dia harus berhenti di kedai sayuran dan memilih kentang baru dalam perjalanan pulang.

Kimberly 19 mulai lembek.

Cikarang, 21 Januari 2024

Catatan:

- Leunca gandola (Sunda): terong ranti ungu

- jelma kolot (Sunda): orang tua

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun