Tiwi meneguk air dari batok kelapa sepuasnya sebelum melepaskannya kembali, menggunakan jari-jarinya untuk mengambil sesuatu dari lidahnya.
Dia melihat ke dalam air dan tampak bintik-bintik hitam mengambang di dalamnya. Mengintip lebih dekat, dia menyadari itu adalah abu dari pembakaran. Tidak heran Miko tidak terburu-buru untuk minum.
"Apakah kalian berdua siap untuk kembali bekerja?" tanya Zaki.
Miko keluar dari laut dan melipat tangannya. "Lihat, Zak. Kayunya ditumpuk, dan apinya berkobar. Menurut lu, apakah masih kurang usaha kita? Lu mau kita kena heatstroke? Santai sejenak, Bro. Baru kita mulai bikin tempat berteduh yang lebih bagus."
"Kompromi yang bagus," kata Tiwi.
Zaki minum dari batok kelapa. "Gue setuju kita udah kerja keras, tetapi kita harus menyelesaikan ini."
Biasanya Miko dan Zaki tidak pernah bertengkar, tapi sekarang mereka sering ribut. Sikap riang Miko bertabrakan dengan kepribadian Zaki yang gila kerja dan perfeksionis.
Tiwi meletakkan batok kelapa dan mencoba mendinginkan suasana. Tatapannya beradu dengan mata Zaki. "Mau tahu apa yang membantu Miko rileks?"
"Cewek-cewek?"