Suara raungan memudar ke dalam hutan. Tiwi menurunkan bahunya dan menghela nafas lega. Suara-suara apa yang menakutkan itu?
Menghela napas lega, dia hanya bisa berharap raungan itu memang suara dua suku kera sedang memperebutkan wilayah kekuasaan. Tidak ada lagi yang lebih masuk akal dari itu. Dia membuang pikiran tentang itu dan fokus pada ombak yang menerpa pergelangan kakinya. Menggerak-gerakkan jari-jari kaki di pasir yang berkilauan, menikmati belaian lembut di kulit, tapi raungan itu terus mengganggunya.
Zaki duduk di atas sepotong besar kayu apung putih yang terpilin. Rambut cokelatnya yang berantakan tertiup angin. Tiwi menangkap tatapan matanya yang tertuju padanya dan tersenyum. Zaki membuang muka. Wajahnya merona merah menjalar sampai ke leher. Ada apa ini? Apakah Zaki punya perasaan padanya? Tiwi jadi curiga kalau Zaki juga naksir dia, seperti Tiwi naksir Miko.
Suara Miko tiba-tiba menembus pikirannya. "Wi, Tiwi."
"Ya?" jawabnya.
"Gue perlu santai bentar."Â
Menyeka keringat dari alisnya, Miko menyipitkan mata ke matahari di cakrawala, suara raungan sebelumnya sepertinya terlupakan. Miko melepaskan kemejanya dan berlari ke ombak, menciduk segenggam air dan menuangkannya ke atas kepalanya. Tetesan berkilau mengalir di wajahnya seperti permata multiwarna.
Benar-benar layak jadi bintang idola! Tidak heran kerumunan gadis-gadis yang melolong berbondong-bondong di setiap kompetisi yang dia ikuti. Tidak heran MTV mencapnya sebagai idola remaja yang bonafid dan mengontraknya untuk acara reality show, Surf's Up. Mau tak mau Tiwi memanjakan matanya menatap dada Miko yang bidang dan perut sixpack-nya. Body yang atletis itu telah berhasil menjual lebih banyak busana dan merchandise selancar daripada bintang selancar lainnya.
Tiwi mulai berpikir, mungkin tidak terlalu buruk terdampar di sebuah pulau selama beberapa hari dengan dua cowok imut, kalau saja dia bisa menghapus laba-laba dari naskah skenario. Mungkin dia bahkan bisa membuat Miko berpaling ke hatinya. Ya benar. Apa yang harus dia lakukan? Berteriak, "Yo, Mik, sini! Kamu buta, ya? Aku jatuh cinta sama kamu? Iya, kamu! Yuk nonton sunset berdua, cium tempel dikit, dan minum jus kelapa."
Gila. Pantas saja aku tidak punya pacar. Baiklah.
Suatu hari nanti dia akan punya nyali untuk menceritakan semuanya pada Miko. Tapi dia bertanya-tanya lagi, apakah lebih baik melupakan Miko? Lagi pula, Miko bukan hanya sekadar sahabat, tetapi dia juga playboy terparah se Indonesia.
"Kita harus membuat tempat berlindung," kata Zaki. "Gue pikir kita bisa buat alas tidur dari tanaman merambat dan batang kayu. Â Untuk atap tumpuk aja daun yang gede-gede."
Tiwi mengangguk. Dia kenal Zaki. Cowok itu mungkin akan membangun loteng, ruang bawah tanah, dan teras juga. Kehadiran Zaki membantu meredakan ketakutannya. Tiwi tahu, Zaki akan membuat mereka tetap hidup dengan semua keterampilan penyintasnya sampai bantuan datang.
Miko  berlutut di dalam air dan tertawa. "Hei, kasih dong, waktu buat tim SAR sampai ke sini sebelum kita membangun gubuk."
Dengan senyum nakal, dia menunjuk Zaki. "Dia perlu santai dikit. Tiwi, menurut lu apa yang gue pikirin biar kita semua happy?"
Tiwi yang tangannya pegal karena mengangkat kayu-kayu, apakah akan menolak salah satu skema happy time  Miko? Tidak pernah!
"Ya!"
Secara bersamaan, dia dan Miko menciduk air dan menyemburkannya ke Zaki.
Sambil tertawa, Zaki mengangkat tangannya untuk melindungi wajahnya. Tetesan air berterbangan di udara, membasahi rambutnya dan menetes ke lengannya.
"Segar banget, kan?" tanya Miko.
Senyum tersungging di bibir Tiwi. "Aku yakin itu. Hei, Zaki, mau disembur lagi?"
Zaki tertawa. "Ha ha. Silakan, dan kalian berdua harus nyari ikan sendiri untuk makan malam."
Miko tertawa dan terjun kembali ke air.
Zaki berjalan ke pohon kelapa terdekat lalu kembali. Dia menyodorkan batok kelapa berisi air dari sungai kepada Tiwi. "Gue ngerebus lagi. Gubuk sementara segera menyusul."
Tiwi tersenyum. "Terima kasih. Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan tanpa surviving  skill yang kamu punya, Zak."
Cowok imut itu tersenyum.
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H