Suatu hari nanti dia akan punya nyali untuk menceritakan semuanya pada Miko. Tapi dia bertanya-tanya lagi, apakah lebih baik melupakan Miko? Lagi pula, Miko bukan hanya sekadar sahabat, tetapi dia juga playboy terparah se Indonesia.
"Kita harus membuat tempat berlindung," kata Zaki. "Gue pikir kita bisa buat alas tidur dari tanaman merambat dan batang kayu. Â Untuk atap tumpuk aja daun yang gede-gede."
Tiwi mengangguk. Dia kenal Zaki. Cowok itu mungkin akan membangun loteng, ruang bawah tanah, dan teras juga. Kehadiran Zaki membantu meredakan ketakutannya. Tiwi tahu, Zaki akan membuat mereka tetap hidup dengan semua keterampilan penyintasnya sampai bantuan datang.
Miko  berlutut di dalam air dan tertawa. "Hei, kasih dong, waktu buat tim SAR sampai ke sini sebelum kita membangun gubuk."
Dengan senyum nakal, dia menunjuk Zaki. "Dia perlu santai dikit. Tiwi, menurut lu apa yang gue pikirin biar kita semua happy?"
Tiwi yang tangannya pegal karena mengangkat kayu-kayu, apakah akan menolak salah satu skema happy time  Miko? Tidak pernah!
"Ya!"
Secara bersamaan, dia dan Miko menciduk air dan menyemburkannya ke Zaki.
Sambil tertawa, Zaki mengangkat tangannya untuk melindungi wajahnya. Tetesan air berterbangan di udara, membasahi rambutnya dan menetes ke lengannya.
"Segar banget, kan?" tanya Miko.
Senyum tersungging di bibir Tiwi. "Aku yakin itu. Hei, Zaki, mau disembur lagi?"