Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Terdampar di Perut Bumi - Buku Satu: Terdampar (Part 41)

8 Mei 2023   22:44 Diperbarui: 8 Mei 2023   22:51 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Zaki mengangkat bahu. "Gue nggak punya ide. Mik, menurut lu apa?"

"Mungkin ada binatang peliharaan lepas."

Tiwi meletakkan tangannya di dada mencoba menenangkan detak jantung yang berdebar kencang. "Apa pun mungkin. Kalau itu monyet, aku nggak akan stres begini."

Kicauan burung semakin ramai, mengalahkan deburan ombak yang berirama di pantai. Tiwi menganggap itu sebagai pertanda baik. Dia tahu satwa liar biasanya bungkam ketika pemangsa mendekat. Burung-burung hanyalah bukti bahwa semuanya baik-baik saja.

Tiwi mencolek bahu Miko. "Aku tidak percaya kamu di sini mengejar binatang liar. Kabelmu ada yang korslet, ya? "

Dia tersenyum, menggelengkan kepalanya. "Lu bikin gue kedengaran kayak orang gila."

"Emang kamu waras?" Tiwi bertanya sambil meninju bahu Miko.

"Seperti kata salah satu mantan gue ..." Miko mengedipkan sebelah mata. "Gue cacat mental berat."

Tiwi tertawa. Besba biasa mengatakan itu tentang Miko. Setiap cowok di sekolah mereka bermimpi berkencan dengan Besba yang cantik. Lucu juga Miko menyebutnya sebagai 'pacar' setelah Miko mencampakkannya setelah berkencan hanya dua bulan. Tapi itu rekor bagi Miko.

Kalau cewek secantik Besba tidak bisa mempertahankan Miko, pikir Tiwi, bagaimana mungkin dia bisa menjinakkannya?

Besba benar tentang Miko sebagai "cacat yang keren," karena kekurangannya membuat Miko menjadi cowok unik dan satu-satunya. "Bagaimana kamu tetap begitu tenang, sih?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun