"Gue mikrin yang lucu-lucu, kayak model rambut Zak," bisik Miko di telinganya.
Tiwi tersenyum sambil menatap Zaki. Cewek mana yang tidak ingin mengacak-acak rambut hitam jagoan basket yang kusut masai itu? Rambut itu, mata biru itu, dan tubuh yang atletis itu, Zaki benar-benar menarik. Tapi begitu juga Miko, lengkap dengan model rambut peselancar yang sangat disukai para gadis.
Raungan gemuruh lainnya bergema melalui hutan. Kali ini, semuanya menjadi sunyi, kecuali debur ombak doi lautan.
Mata Miko melebar, dan kepalanya perlahan menoleh ke arah suara gemuruh. "Gue benar-benar berharap monyet itu udah disuntik anti rabies."
Jantung Tiwi mencelos mendengar suara itu. Sama sekali tidak terdengar seperti suara monyet. Imajinasinya tentang apa yang mungkin membuat perutnya mulas bagai diikat menjadi simpul ganda.
Dia sangat ingin memercayai Zaki---bahwa itu hanyalah monyet yang tidak berbahaya, yang melolong dari jarak berkilo-kilometer jauhnya. Tetapi di dunia dengan dua matahari, air berwarna-warni, capung monster, pasir bercahaya, dan laba-laba seukuran bola basket, siapa yang tahu makhluk gila macam apa yang menunggu untuk menyerang mereka?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H