Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Zombie! Zombie! 4 - 2

6 Mei 2023   15:34 Diperbarui: 6 Mei 2023   15:37 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

Sebelumnya....

Kami berjalan secepat yang kami bisa, tetap dalam diam. Sarafku tegang dan telingaku siaga menangkap suara yang tidak biasa, tetapi satu-satunya suara yang bisa kudengar hanyalah detak jantungku yang berdentum seperti gendang di telinga.

Aku memecahkan keheningan terlebih dahulu. "Jadi, kita akan mencari mobil yang keren, kan? Aku suka ide itu."

"Kita di sini bukan untuk belanja. Masuk ke kota sangat berisiko. Tujuan kita masuk, mendapatkan apa yang kita butuhkan, dan keluar secepat mungkin., mengerti?" kata Surya tanpa menoleh.

"Ya, aku mengerti."

Seragam kamuflase tentara menempel di punggungnya yang berkeringat. Aku berharap dia membiarkanku menggantiannya menggendong Keiko.

Kami berjalan sekitar satu menit sebelum langkah kaki terdengar di belakang kami. Aku berbalik, siap bertarung. Saat aku memicingkan mata karena sinar matahari yang menyilaukan, aku melihat dua sosok di kejauhan, berlari lurus ke arah kami. Pikiran pertama saya adalah melarikan diri, tetapi kemudian aku sadar. Zombie tidak bisa berlari secepat itu. Siapa mereka?

"Cepat, bawa Keiko!" Surya menyerahkan kakak kami kepadaku dan mengeluarkan pistolnya.

Aku hanya bisa melihat rambut yang panjang, jadi aku pikir kami didekati oleh perempuan. "Sepertinya dua orang  perempuan lari dari sesuatu. Turunkan pistolnya, Sur!"

Mengabaikanku, Surya tetap mengacungkan moncong pistol ke arah pendatang.

"Tidak! Salah satunya memegang senjata. Kamu tidak tahu aturan pertama untuk bertahan hidup di Zona Zombie?"

"Hah? Tetapi-"

"Jangan ambil risiko!"

"Jangan tembak!" teriak suara wanita.

"Jatuhkan senjatamu!" teriak Surya.

Dia menjatuhkannya ke tanah dan mengangkat tangannya ke udara. "Itu pistol bius."

Aku menjulurkan leherku untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik saat dia beringsut lebih dekat. Ketakutan tercermin di matanya yang lebar dan hijau. Rambut hitamnya tergerai di atas bahunya yang kurus panjang menggumpal dan acak-acakan. Dari penampilannya, dia pasti jatuh pernah ke lumpur. Sepasang sandal menjuntai dari tangannya, dan kakinya yang telanjang hitam dan kotor.

"Tolong jangan sakiti kami!" teriaknya lagi. "Kami dikejar zombie."

Cewek itu imut dengan rambut kemerahan kira-kira seusiaku. Meski berkeringat dan kotor, dia tetap terlihat seksi dengan celana pendek kotak-kotak dan kemeja hitam yang bolong memamerkan perutnya yang kecokelatan. Aku mencoba untuk tidak menatap, tapi dia sungguh cantik.

Surya tidak menurunkan laras pistolnya. "Apakah kalian pernah digigit atau dicakar?"

Gadis itu terengah-engah. "Tidak! Aku bersumpah kami tidak terinfeksi virus zombie."

Surya perlahan-lahan menurunkan pistolnya, tetapi keraguan jelas tertulis di wajahnya. "Ayo, kita harus terus bergerak."

Gadis itu menghela napas lega. "Terima kasih." Kerutan muncul di dahinya saat dia mengulurkan tangan dan mengambil senjata biusnya.

Surya melanjutkan langkahnya lebih cepat dari sebelumnya.

Gadis itu bergegas untuk mengikuti. "Aku Zahra."

Abangku terus bergerak, hanya meliriknya sekilas. "Senang berkenalan denganmu. Aku Surya, dan ini adikku Bayu."

"Senang bertemu denganmu," kataku, melangkah hati-hati melewati beberapa batang kayu yang tertutup lumut. Kalau aku sampai salah langkah, Keiko akan terlepas dari gendonganku.

Zahra menginjak pakis liar di jalurnya. "Senang berkenalan denganmu juga. Dan ini sepupuku, Chinta."

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun