Lelakimu masuk sambil memegang karangan bunga ranunculus pink yang indah dan cerah di tangan. Bunga  favoritmu, karena namanya terdengar seperti mantra untuk mengubah seseorang menjadi katak.
"Untukmu," dia mengumumkan dengan bangga, kata-katanya seperti pelukan hangat di tubuhmu.
Harimu berlalu digantikan dengan kehangatan mencintai seseorang dan dicintai sebagai balasannya.
Kamu membawa bunga-bunga itu ke dapur sambil kalian mengobrol tentang hari-hari kalian masing-masing, dan kamu memotong tangkainya dengan teliti.
Kamu terdiam, membuka lemari untuk mencari vas bunga kristal kalian, hadiah pernikahan dari bibimu. Saya memandang lelakimu, Â rambut berubannya, yang dia percayakan kepadamu untuk dicukur dengan clipper yang kamu belikan khusus untuknya. Wajahnya kusam karena seharian bekerja di bidang konstruksi. Celananya yang melorot tertahan oleh ikat pinggang yang terlalu besar yang kamu belikan untuknya bertahun-tahun yang lalu, dan dia masih memakainya.
Kamu mengambil cangkirnya dari wastafel. Betul, cangkir itu.
"Sempurna," katamu.
Cikarang, 30 April 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H