"Sungguh Sarritha, bisa tidak kamu tutup mulut setidaknya lima menit sebelum mengatakan sesuatu?"
Sarritha tahu Thozai tak butuh jawaban, maka dia hanya diam. "Kita akan menemui teman-temanmu."
Sarritha ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia memilih untuk diam.
Mereka berjalan selama hampir satu jam atau mungkin lebih, tetapi Sarritha tak bisa menebak karena matahari tak bergerak. Thozai tampak tenang, membuat Sarritha iri padanya.
Lalu tibaThozai -tiba berhenti.
"Kamu harus pergi sendiri," katanya sambil melepaskan pegangan Sarritha dari lengannya. "Mereka telah menunggumu."
"Guru mau ke mana?" Sarritha bertanya setenang mungkin.
"Aku akan berada di sisi ini. Kamu bisa melihatku dari sana," jawab Thozai sambil menunjuk. Ketika Sarritha menoleh ke arah itu, dia melihat sekelompok gadis. Dia kembali menoleh ke arah Thozai dan melihat sorot mata meyakinkan di matanya.
Tanpa berkata sepatah kata lgi, Sarritha mulai berjalan menuju kelompok itu. Saat dia mendekat, salah satu dari mereka melihatnya terlebih dahulu, kemudian yang lain ikut menatapnya.
Dia terus berjalan ke arah mereka dan akhirnya bisa melihat wajah mereka. Dia sedang melihat lima kembaran dirinya, kecuali rambut mereka seluruhnya putih.
Salah satu dari mereka datang menemuinya. Dia dan gadis itu saling memandang. Sarritha berdiri diam ketika yang lain berjalan di sekelilingnya dan kemudian dia menyentuh rambutnya dan datang dan berdiri di depannya.