Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Badai Takdir (Tujuh Belas)

19 April 2023   20:48 Diperbarui: 19 April 2023   20:56 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto ilustrasi: dok. pri. Ikhwanul Halim

"Sungguh Sarritha, bisa tidak kamu tutup mulut setidaknya lima menit sebelum mengatakan sesuatu?"

Sarritha tahu Thozai tak butuh jawaban, maka dia hanya diam. "Kita akan menemui teman-temanmu."

Sarritha ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia memilih untuk diam.

Mereka berjalan selama hampir satu jam atau mungkin lebih, tetapi Sarritha tak bisa menebak karena matahari tak bergerak. Thozai tampak tenang, membuat Sarritha iri padanya.

Lalu tibaThozai -tiba berhenti.

"Kamu harus pergi sendiri," katanya sambil melepaskan pegangan Sarritha dari lengannya. "Mereka telah menunggumu."

"Guru mau ke mana?" Sarritha bertanya setenang mungkin.

"Aku akan berada di sisi ini. Kamu bisa melihatku dari sana," jawab Thozai sambil menunjuk. Ketika Sarritha menoleh ke arah itu, dia melihat sekelompok gadis. Dia kembali menoleh ke arah Thozai dan melihat sorot mata meyakinkan di matanya.

Tanpa berkata sepatah kata lgi, Sarritha mulai berjalan menuju kelompok itu. Saat dia mendekat, salah satu dari mereka melihatnya terlebih dahulu, kemudian yang lain ikut menatapnya.

Dia terus berjalan ke arah mereka dan akhirnya bisa melihat wajah mereka. Dia sedang melihat lima kembaran dirinya, kecuali rambut mereka seluruhnya putih.

Salah satu dari mereka datang menemuinya. Dia dan gadis itu saling memandang. Sarritha berdiri diam ketika yang lain berjalan di sekelilingnya dan kemudian dia menyentuh rambutnya dan datang dan berdiri di depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun