Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Kisah Para Ksatria Mawar: 18. Warda Damask

15 April 2023   11:48 Diperbarui: 18 April 2023   12:27 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Sebelumnya.....

Warda Damask adalah yang paling misterius di antara para Ksatria Mawar lainnya. Dikatakan berasal dari tanah yang lebih mistis daripada nyata, tanah yang pernah melahirkan nama legendaris Belizath, nama yang dia pakai sendiri berasal dari Suridijah, dan bahasa yang dia gunakan adalah bahasa Simikitili yang terpencil jauh. Dikenal sebagai Ksatria Fuchsia, warna yang dia kenakan adalah warna merah muda yang sangat dalam, begitu gelap hingga hampir ungu, warna dekaden dan eksotis, terutama di antara Tentara Bulan.

Warda sendiri tidak pernah memberikan detail apa pun tentang latar belakangnya, menikmati misteri yang menyelimuti dirinya dan perhatian yang diperolehnya. Dia adalah seorang ksatria, tapi sesungguhnya dia seharusnya menjadi seorang putri dari cara dia menuntut hal yang mustahil dari para pengagumnya.

Untuk beberapa alasan, pengagumnya sepertinya semakin mencintainya. Puisi ditulis atas namanya dan mawar dalam setiap warna pink dan merah memenuhi apartemen ksatria sederhana di Titik-Lelap.

Warda menikmati puisi dan bunga, menikmati ketenaran namanya, meskipun tak terlalu sering karena dharma ksatria. Dia tahu bahwa permainan yang dia mainkan menyembunyikan tujuan sebenarnya, untuk menjadi salah satu ksatria paling terkenal yang pernah bertugas di Tentara Bulan.

Tetapi seiring dengan meningkatnya kemasyhuran Warda Damask selama bertahun-tahun, begitu pula ketakutannya. Ketenaran yang dinikmati Warda bergantung pada kecantikan, dan kecantikan menurun seiring bertambahnya usia.

Ketika Ksatria Fuchsia menemukan sehelai uban pertama di rambut merahnya yang berkilau, dia mulai khawatir. Seniman henna dan ahli kecantikan membantunya untuk sementara waktu, tapi tidak untuk selamanya.

Warda Damsk berjuang di sisi imajinasi yang sebenarnya hanya sedikit yang dimilikinya. Bulan dikatakan memiliki kekuatan yang tak terbayangkan di alam duniawi mereka, dan meskipun dia tidak begitu mempercayainya, dia pikir itu patut dicoba, sebelum dia keburu menjadi tua dan beruban dan kekaguman yang dia jalani bukan lagi miliknya. Maka dia mencari seorang wanita tua, yang kabarnya telah berbicara dengan Bulan sendiri.

Rose lebih percaya pada kekasih daripada legenda kesaktian Bulan, tetapi dia akan mencoba apa saja setidaknya sekali, maka dia berjalan melalui gang-gang yang berkelok-kelok dan jalan-jalan gelap ke tempat tinggal sang penyihir.

"Kekuatan Bulan ada di mana-mana," kata seorang wanita yang jauh lebih muda dari yang diharapkan. "Kamu hanya perlu membuka pikiranmu terhadap ilusi."

"Tapi bagaimana aku melakukannya?"

Penyihir itu menghela napas. "Aku melihat tidak ada yang bisa dilakukan selain menggunakan sedikit debu ajaib."

"Ya, silahkan."

"Tutup matamu dan ulangi tiga kali, 'Aku ingin melihat Bulan.'"

Warda melakukan seperti yang diperintahkan. Ketika dia membuka matanya lagi, dia berada di Balairung Gaung, hangat dan putih, penuh dengan makhluk berkulit perak. Dia hampir tidak bisa mempercayai penglihatan di hadapannya. "Berhasil!"

"Tentu saja berhasil." Seorang wanita melangkah keluar dari bayang-bayang. Rambut sehitam malam dan kulit bersinar seperti mutiara di aula putih. "Aku menerima cukup sedikit pengunjung akhir-akhir ini. Apa yang kamu cari?"

Ini pasti Bulan---dan dia memiliki kulit selembut bayi. "Aku sedang berusaha untuk mempertahankan kecantikan selama sisa hidupku."

Selir Bulan tertawa keras. "Kamu yang tidak percaya pada ilusi dan imajinasi meminta itu padaku?"

"Apa hubungannya dengan percaya atau tidak?"

"Semuanya, Warda sayangku. Semuanya."

"Tapi aku telah mengabdi dengan penuh kesetiaan sebagai tentaramu. Lima belas tahun!"

"Kamu telah melayani dirimu sendiri dengan baik," kata Bulan. "Tidak banyak orang yang mengabdi dengan baik saat ini."

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Bulan berubah menjadi wanita tua di depan mata Warda yang terkejut. Pakaiannya hitam seperti malam dan rambutnya perak laksana cahaya purnama.

Tapi warda bukan Ward jika tidak keras kepala. "Apakah tidak ada yang bisa kulakukan?"

"Kamu telah memiliki sihir yang kamu yakini," kata wanita tua itu. "Kembalilah ke ahli kecantikan dan pacarmu, dan pria akan menulis puisi untuk kecantikanmu selama bertahun-tahun yang akan datang, aku janji."

Kemudian Bulan dan balairung serta makhluk-makhluk kecil yang aneh menghilang. Warda mendapati dirinya kembali ke kediaman penyihir.

"Apakah yang kualami itu nyata adanya?" tanya Warda.

"Bulan itu nyata seperti impian dan mimpi burukmu," kata penyihir itu.

"Aku tidak bermimpi."

"Entah bagaimana, aku tak terkejut."

Warda memiliki kesan bahwa dia baru saja dihina. "Apakah itu merupakan kejahatan?"

"Tentu saja tidak, Sayang. Jadi, bagaimana hasilnya?"

Ksatria cantik itu mengangkat bahu. "Tidak beruntung. Dia bilang aku sudah memiliki sihir yang kubutuhkan. Sihir!"

Sebagai penulis, aku moohon maaf karena mengatakan bahwa Ksatria Fuchsia mengutip kata-kata Bulan (tidak pernah merupakan hal yang bijaksana untuk dilakukan), dan kembali ke henna dan ahli kecantikannya. Tapi mereka mendukungnya selama bertahun-tahun, seperti yang dijanjikan Bulan. Bahkan ketika dia mulai kehilangan kecantikannya, kenangan akan kecantikannya tetap ada, melayaninya hampir seperti ahli kecantikannya.

Ketika dia meninggal, dia masih disebut sebagai wanita yang cantik.

Dan begitulah ksatria yang tidak pernah percaya pada ilusi membuktikan dirinya adalah ahli ilusi hingga hari kematiannya.

BERSAMBUNG

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun