"Tunggu sampai anak-anak mendengar ini," kata Sony. "Kau mungkin mengira kau aman di sini, monyet. Seharusnya kau terus saja lari. Kau bisa melakukannya sekarang." Wajahnya memancar aura kematian saat memukulkan tinjunya ke telapak tangannya yang lain.
"Selamat tinggal," kata Gogon dan berbalik pergi.
"Oh, gitu aja?" teriak Sony. "Enak banget. Kau pikir segampang itu, hah? Tidak boleh ada yang main-main dengan Sony Sapuijo! Kau harus tahu itu, anak monyet! Aku menghajarmu waktu kelas tujuh dan aku akan menghajarmu lagi sekarang di sini."
Tapi Gogon sudah lenyap. Dia menyelinap di belakang semak-semak dan masuk ke halaman rumah tetangga, melompati pagar dan menghilang.
Sony dan Inces tersandung-sandung mengejarnya, berakibat jatuh menimpa satu sama lain dan jatuh berkali-kali di sepanjang tepi sungai.
Mereka saling mendorong dan akhirnya terseok-seok kembali ke tenda mereka, berteriak-teriak 'sialan'.
"Aku akan menemukan anak sialan itu," kata Sony. "Dan begitu ketemu...."
Dia membiarkan kata-katanya menggantung di udara dan Inces mengangguk lalu berkata, "Ya."
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H