Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Badai Takdir (Lima Belas)

13 April 2023   15:36 Diperbarui: 13 April 2023   15:37 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

Sebelumnya....

Angrokh memperhatikan kegelisahan Sarritha dan memanggilnya setelah dia membawakan beberapa buku yang dimintanya. Sarritha terkejut dan buru-buru berbalik.

"Ya, Tuan?"

"Apa yang terjadi?" tanya Angrokh. Dia tahu bahwa Sarritha mungkin merasa aneh bahwa dia selalu mengkhawatirkannya,tetapi Sarritha tak pernah mengomentarinya.

"Saya mendengar bahwa ada kompetisi di arena Ratu dan saya ingin mengikutinya."

"Kompetisi tentang apa?"

"Pengumumannya belum dibuat secara resmi, tetapi apa yang semua orang katakan kepada saya adalah bahwa saya pasti akan tampil."

"Aku belum pernah mendengar hal seperti itu. Zorth?" Angrokh berseru. Penjaga pribadinya datang ke ruang baca. "Kamu pernah mendengar sesuatu tentang kompetisi?"

"Sudqah, Tuan," jawabnya.

"Apa yang kamu dengar?" Angrokh bertanya dengan tidak sabar.

"Siapa saja boleh mendaftar untuk bersaing. Kompetisi akan dimulai dalam seminggu dan pemenangnya akan melawan Kinan, tetapi ada hadiah lain sebelum itu."

"Apa yang kamu dengar tentang Sarritha di sini?"

Zorth menatap Sarritha dengan cemas dan akhirnya berkata, "Katanya Ratu meminta agar dia disertakan dalam kompetisi."

Sarritha terhuyung dan ambruk di kursi yang paling dekat dengannya dan menarik napas dalam-dalam beberapa kali.

"Siapa yang menyelenggarakan kompetisi ini?"

"Thozai Svardan, Tuan. Dia diharapkan membuat pengumuman malam ini."

"Terima kasih, Zorth."

Penjaga itu pergi.

Bolehkan saya bebas tugas di perpustakaan sampai setelah kompetisi selesai, Tuan?"

"Kamu akan bertanding?" Angrokh bertanya. tak percaya dengan apa yang keluar dari bibir Sarritha.

Betul, Tuan. Kalau Ratu dan guru saya berpikir bahwa saya siap, maka saya harus siap."

"Ratu mungkin mengadakan kompetisi ini sebagai tipu muslihat untuk membuatmu terbunuh."

"Kalau begitu sebaiknya saya tidak terbunuh. Bolehkan saya cuti selama dua minggu, Tuan?"

"Tentu saja."

Thozai menatap Sarritha yang merunduk sambil berjalan mundur meninggalkan ruang baca.

Dia bertanya-tanya dalam hari, ke mana gadis itu akan pergi, tetapi toh nanti akan ada yang melaporkan kepadanya.

Menurut telik sandi, setiap pagi Sarritha berlatih di bawah bimbingan Thozai. Sejauh ini Thozai hanya mendorongnya dengan keras tetapi Sarritha sepertinya mampu mengikutinya. Dia berlari setiap hari di pagi dan kemudian datang bekerja. Kapan pun Thozai merasa perlu, dia akan datang menjemput Sarritha dari perpustakaan.

Sarritha tampaknya semakin baik dalam pertempuran, menurut mata-matanya. Dan sekarang dia akan mengikuti kompetisi. Angrokh tahu gadis itu sama sekali belum siap. Dalam pikirannya obsesi Kendida terhadap Thozai mungkin menjadi penyebab kompetisi aneh ini.

***

Sarritha langsung pulang setelah meninggalkan ruang baca Angrokh. Dia menunggang kudanya dan pulang. Kemudian mengambil senjata dan menuju ke arah yang biasanya Thozai tuju.

Dia tidak tahu apa yang dia lakukan, tetapi Saaritha tiba dirinya di kediaman Thozai. Sarritha hanya tahu bahwa itu adalah rumahnya.

Tidak terlihat sesuatu yang istimewa dari luar, tetapi dia bisa bertaruh ada sesuatu yang luar biasa di dalamnya. Sarritha turun dari kuida dan berjalan mengitari rumah.

Dia menemukan sebuah kandang di belakang rumah dan mengikatkan tali pelana kudanya di dalamnya. Di belakang rumah itu berbeda dengan rumah-rumah lainnya. Ada tiang-tiang yang sepertinya digunakan untuk latihan sasaran. Tambalan bundar yang jelas di rumput, tetapi dia tidak tahu untuk apa.

Sarritha mengambil busur dan anak panah dan mencoba untuk menyasar tiang yang terdekat dengan rumah. Sarritha sudah mahir menggunakan panah dan selalu mengenai sasaran. Akhirnya dia bosan dan pergi untuk memastikan kudanya cukup makan, lalu duduk tertidur di depan rumah.

Malam turun dan Sarritha terbangun oleh suara langkah kaki. Dia duduk dan melihat Thozai mendekat lalu melompat turun dari kuda.

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun