Kuda-kuda dibawa ke istal dan keduanya berjalan ke kastil. Para penjaga memberi hormat kepada Thozai di setiap belokan dan memandang Sarritha dengan rasa ingin tahu. Akhirnya mereka memasuki sebuah ruangan besar yang terang benderang. Tampaknya itu adalah ruang dansa untuk mengadakan pesta resmi, tetapi lantainya ditutupi dengan bahan lembut yang bisa dia rasakan di bawah kakinya.
Tiba-tiba mereka berhenti Thozai menoleh padanya, "Aku akan mengajarimu dasar-dasar bela diri, kuda-kuda, memblokir, menendang, memukul dan sebagainya. Terserah kamu untuk memanfaatkan keterampilan lainnya. Aku tidak akan mengajarimu taktik..."
"Kenapa tidak?" Sarritha menyela.
Ada kilat di mata Thozai. "Karena jika aku mengajarimu taktik, kamu akan bertarung dengan cara yang sama setiap saat. Jangan menyela. Kamu akan menggali buku-buku di perpustakaan dan membaca semua tentang taktik berperang. Aku juga akan membawakanmu beberapa buku dari perpustakaan ratu. Kamu akan ke lapangan dan mempraktikkannya jika dan aku ingin melihat tiga jurus dipraktikkan setiap hari dengan sempurna."
"Tiga jurus?" Sarritha bertanya tidak percaya.
"Kamu mau aku menambahkan lebih banyak?" tanyanya terdengar sangat kesal.
"Tidak, tiga cukup," jawab Sarritha dengan suara pelan.
Thozai mulai mengajarinya cara berdiri, menangkis, mengelak pukulan, dan beberapa hal kecil lainnya.
Lalu akhirnya dia bertanya, "Aturan nomor satu?"