"Kenapa?" Sarritha yang tergeletak di tanah bertanya. Dia masih bingung memilih apakah akan bangun dan menerima lemparan lain ke tanah. Thozai maju bergerak tepat di sebelah kakinya.
"Untuk mendapatkan keuntungan. Untuk menempatkan lawan dalam posisi bertahan. Lawan akan sibuk berusaha . Kamulah yang membuat aturan."
Sarritha menghela napas lelah. Dia mengulurkan tangannya supaya Thozai dapat membantunya berdiri. Pria itu meraih tangannya dan hendak menariknya ke atas ketika Sarritha menendang kakinya ke belakang dan malah menariknya ke bawah.
Thozai hampir jatuh tepat menimpa Sarritha, tetapi dia berhasil mengendalikan dirinya, jatuh di samping Sarritha . Mereka saling menatap mata sejenak. Jantung gadis itu berdetak kencang. Ini bukan seperti yang diharapkannya.
"Bagaimana dengan jurus seperti itu?" Sarritha bertanya sambil menatapnya. Suaranya nyaris terdengar seperti bisikan. Mau tak mau dia membayangkan betapa dekatnya dia dan Thozai, belum lagi aroma tubuhnya.
"Bagus, tapi aku akan jatuh menimpamu. Bagaimana itu bisa disebut jurus?"
Sarritha berpikir selama beberapa detik, lalu menjawab, "Jika saya bisa bergeser sebelum Anda jatuh, saya yakin saya akan bangun sebelum Anda."
"Tapi kamu tidak bergerak, bukan?" tanya Thozai sambil berdiri. Sarritha buru-buru bangun sendiri tahu bahwa Thozai tidak akan membuat kesalahan yang sama dua kali.
Penjaga yang menonton juga sadar bahwa dia sudah seharusnya keluar dari ruangan.
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H