Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Badai Takdir (Dua Belas)

2 April 2023   17:38 Diperbarui: 2 April 2023   17:49 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kenapa?" Sarritha yang tergeletak di tanah bertanya. Dia masih bingung memilih apakah akan bangun dan menerima lemparan lain ke tanah. Thozai maju bergerak tepat di sebelah kakinya.

"Untuk mendapatkan keuntungan. Untuk menempatkan lawan dalam posisi bertahan. Lawan akan sibuk berusaha . Kamulah yang membuat aturan."

Sarritha menghela napas lelah. Dia mengulurkan tangannya supaya Thozai dapat membantunya berdiri. Pria itu meraih tangannya dan hendak menariknya ke atas ketika Sarritha menendang kakinya ke belakang dan malah menariknya ke bawah.

Thozai hampir jatuh tepat menimpa Sarritha, tetapi dia berhasil mengendalikan dirinya, jatuh di samping Sarritha . Mereka saling menatap mata sejenak. Jantung gadis itu berdetak kencang. Ini bukan seperti yang diharapkannya.

"Bagaimana dengan jurus seperti itu?" Sarritha bertanya sambil menatapnya. Suaranya nyaris terdengar seperti bisikan. Mau tak mau dia membayangkan betapa dekatnya dia dan Thozai, belum lagi aroma tubuhnya.

"Bagus, tapi aku akan jatuh menimpamu. Bagaimana itu bisa disebut jurus?"

Sarritha berpikir selama beberapa detik, lalu menjawab, "Jika saya bisa bergeser sebelum Anda jatuh, saya yakin saya akan bangun sebelum Anda."

"Tapi kamu tidak bergerak, bukan?" tanya Thozai sambil berdiri. Sarritha buru-buru bangun sendiri tahu bahwa Thozai tidak akan membuat kesalahan yang sama dua kali.

Penjaga yang menonton juga sadar bahwa dia sudah seharusnya keluar dari ruangan.

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun