Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Skandal Sang Naga (Bab 13)

29 Maret 2023   10:39 Diperbarui: 29 Maret 2023   10:40 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mengeluarkan Samsung I9000 Galaxy S yang baru kubeli dari saku dan menghubungi nomor yang disebutkannya sambil memikirkan alasan yang masuk akal.

Menempelkan benda itu ke telinga, aku dan mendengar nada sambung. Beberapa detik kemudian terdengar bunyi klik saat gagang telepon diangkat di ujung yang lain.

Suara seorang pria terdengar renyah di telepon. "Halo ..."

Aku ragu-ragu, sedikit terkejut. "Oh ... maaf.... Bisa bicara dengan Ranya? Namaku Handaka."

Terdengar suara teredam pertanda telepon di ujung yang lain dibungkam dengan telapak tangan, dan aku berbisik, 'Polisi' kepada Prima. Dia hanya tersenyum.

Terdengar suara Ranya. "Apakah ini Anda, Tuan Handaka?"

"Sorry banget, Ran. Aku enggak bisa datang malam ini," kataku. Aku berharap nada permintaan maafku terdengar tulus. "Ada rapat dengan redaksi di kantor. Aku benar-benar lupa waktu aku menerima undanganmu. Aku berharap bisa kita ulang lagi lain waktu. Ini rapatbelum selesai juga."

"Oh, pantas. Dari tadi saya bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Anda."

"Saya sudah mencoba menelepon sebelum saya pergi tetapi tidak mendapatkan jawaban." Aku melirik Prima yang tampak geli. "Sekitar jam tujuh lewat seperempat tadi."

"Oh, jadi tadi Anda sudah menelepon? Saya tadi sedang keluar. Tunangan saya sudah lebih dulu menelepon. Asmanya kumat dan saya pikir saya harus melihatnya dan memastikan dia baik-baik saja." AKu bisa membayangkan bibirnya yang merah sedang tersenyum. "Kalaupun tadi Anda datang, Anda tidak akan bertemu dengan saya. Baiklah, lain waktu, mungkin."

Aku bilang aku juga berharap begitu, meminta maaf lagi, dan menutup telepon.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun