Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Badai Takdir (Sembilan)

28 Maret 2023   11:16 Diperbarui: 28 Maret 2023   11:25 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

"Kalian tidak diizinkan membaca kitab sejarah," Kendida keberatan.

Nusvathi malah bertanya, "Apa yang terjadi kemudian? Saat mereka melahirkan maksudku."

Kendida menjawab, "Kami merasakan rasa sakit mereka. Setiap detiknya. Itu adalah kutukan yang dikenakan pada leluhurku untuk menghentikan kami memburu mereka. Kita seharusnya mengalaminya seperti yang mereka alami. Aku selalu merasa itu sedikit empatik."

"Apa yang berbeda dari cara mereka mengalaminya?"

Kendida merenung lama sebelum menjawab. "Sangat buruk. Dalam catatan yang aku baca, sangat sedikit dari kami yang selamat. Apa yang tidak mereka perhitungkan adalah bahwa kami sebagai keturunan akan lebih terdorong untuk menghentikan hal yang sama terjadi pada kami. Aku telah membaca buku harian para ratu sebelumku dan telah merasakan penderitaan mereka. Mereka mengalami rasa sakit itu dan pada akhirnya menyadari bahwa tidak ada anak yang dapat mereka sebut sebagai anak mereka sendiri. Jika mereka memiliki keberanian untuk terus memburu para penyihir, mereka harus tahu bahwa salah satu dari mereka bisa menjadi ibu atau ayah dari anak tersebut. Dan meskipun bertahan hidup, mereka tidak pernah melupakan pengalaman yang menyakitkan itu."

"Pada hari itu penyihir lelaki melontarkan kutukan tersebut, penyihir wanita pasangannya mengucapkan mantra lain. Ada yang bilang itu semacam ramalan. Kalimat tepatnya berbunyi---"

Kendida memotong. "Suatu hari akan datang ketika aliran sungai terkutuk dipotong ringkas dan itu adalah hari dua garis besar akan bertemu. Sejak saat itu satu garis akan mati sementara garis lain yang jauh lebih kuat dari yang terakhir akan dimulai!"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun