Awalnya Paman Kei tidak mengerti. Butuh beberapa lemabr catatan lagi sebelum Gogon mampu meyakinkannya untuk membawanya ke suatu tempat di mana cahaya matahari tidak bisa masuk.
Paman Kei memiliki lantai bawah, semacam ruang kerja yang telah diubah yang dia bangun di bawah garasi dan menjadi beberapa ruang penyimpanan. Tidak ada jendela di dalamnya dan Gogon segera merasa lebih baik setelah dia menempatkan dirinya di sofa. Sangat sedikit barang di dalamnya. Selain sofa, meja kecil, dan kursi malas, ada televisi, beberapa buku, dan perangkat radio kuno.
Gogon membawa pensil dan kertas dan menulis untuk Paman Kei yang menjelaskan bahwa dia ingin tetap berada di kamar itu selama di luar siang hari, jika boleh. Paman Kei memberitahunya bahwa dia harus pergi bekerja. Dia masih sering muncul di tempat pangkas rambut di dekat dermaga kapal, tapi dia akan kembali setelah makan siang. Sama sekali bukan masalah buat Gogon. Banyak yang harus dia pikirkan.
Begitu juga dengan Paman Kei. Tidak setiap hari ada orang mati yang datang berkunjung.
***
Dia tidak benar-benar harus bekerja, tetapi Kei Aruana senang bisa keluar dari rumah saat itu. Dia agak khawatir, sebenarnya. Baru terpikir olehnya sekarang ketika dia berjalan sejauh empat ratus meter, bahwa dia mungkin benar-benar berada dalam bahaya fisik.
Di satu sisi, dia sudah mengenal Gogon sejak bocah itu masih bayi. Di sisi lain ... keponakannya itu adalah mayat berjalan! Dia sudah cukup banyak menonton film untuk mengetahui bahwa itu bukan hal yang baik.
Tentu saja, dia tidak memiliki pengalaman langsung dengan makhluk seperti itu, sampai sekarang, dan sejauh ini tampaknya tidak berbahaya, seperti alien yang terbuang dari planet lain. Sama sekali tidak tampak seperti orang yang sama, namun, dalam semua hal kecil, Â masih orang yang sama. Seperti bagaimana dia tegak ketika duduk, dan Gogon masih memiliki mata ayahnya.
Ini akan menjadi pagi yang berat, pikirnya. Dalam profesinya sebagai tukang cukur, secara alami Kei Aruana adalah seorang pembicara, dan ini adalah sesuatu yang dia tidak tahu bagaimana cara menceritakannya, atau bahkan jika dia harus melakukannya.
Tepat sebelum dia tiba di tempat cukur, dia memutuskan untuk tidak mengatakan sepatah kata pun. Ternyata tak bertahan selama lima menit di bawah tatapan mitra bisnis lamanya, Gilar Gumilar.
"Kamu seperti barus aja melihat hantu, Kei", kata Gilar, segera setelah Kei keluar dari ruang belakang dengan baju luarnya. Mereka dikenal sebagai "Kei dan Gilar" begitu lama sehingga mereka hampir tidak bisa mengingat kapan itu dimulai.
Kei lebih dulu menjadi tukang cukur, magang jauh di bawah bimbingan si tua Agus ketika dia masih remaja. Kei telah mencukur semua jenis rambut manusia sejak itu. Lingkungan tersebut telah mengalami banyak perubahan ekonomi dan etnis selama dekade-dekade itu. Setiap era meninggalkan jejak, peninggalan yang menjadi pelanggan tetap dari tempat pangkas rambut yang sudah jarang dikunjungi. Selain semua sisa masa lalu itu, satu-satunya wajah baru adalah dari anak-anak muda kaya yang mengarungi sungai dengan jet ski, Â boat dan yacht mereka di muara sungai.
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H