Layar laptop berkedip saat Syauki mengklik tautan. "Apakah jaringan dimatikan?' Agnes berbisik.
Syauki berbau karbol seperti wastafel yang baru disiram dengan disinfektan.
"Tenang dulu, Ma."
Syauki bergeser agar Agnes bisa duduk di sisi ranjang rumah sakit. Dia membaca dari situs web: "Para peneliti di Universitas Gadjah Mada telah merancang simulator untuk membalikan efek jamur ophiocordyceps unilateralis* menggunakan teknik berdasarkan---"
Agnes bangga dengan kosakata Syauki yang penuh percaya diri, meskipun dia tergagap pada kata "---epidemiologi."
Mata bercak kuning menatap ke arahnya. "Apa itu?"
"Studi tentang penyakit, Mama kira."
Agnes menahan keinginan untuk mengelus pipinya. Dia tidak bisa lagi mengacak-acak rambut Syauki. Syauki selalu menghindar ketika jari-jarinya mendekati kulit kepalanya. "Mama tidak yakin pada para akademisi yang menulis makalah tentang ini."
"Ini serius, Ma. Mama membutuhkan strategi."
"Strategi tentang cara bertahan dari kiamat zombie?"
Syauki menggulir ke bawah, membaca lebih banyak isi artikel. "Zombie merasa sulit untuk berkonsentrasi atau fokus." Dia tertawa, "Sepertiku."
Kemudian, mengutip dari layar: "Orang yang terinfeksi tidak memiliki kendali atas tindakan mereka."
Atau nyawa mereka, pikir Agnes saat memikirkan betapa pucatnya kulit Syauki dibandingkan tangannya sendiri yang kecokelatan. Dia tidak bisa memberi tahu Syauki, tetapi ketika kiamat datang dia akan menerimanya, membiarkan zombie berpesta dan mengubah tubuhnya menjadi makhluk  tanpa rasa sakit.
"Tentu saja Mama bisa mengalahkan mereka," kata Syauki dengan percaya diri, "karena mereka kikuk dan lamban. Mama pergilah ke puncak bukit, cari temukan dataran tinggi yang terpencil dan dapat dipertahankan dengan gampang."
Seorang perawat laki-laki berhenti di kaki tempat tidur. "Bagaimana kabarmu?" Mereka berdua mengangguk serempak, tidak mengatakan apa-apa. "Tim pengendali pandemi akan segera tiba di sini untuk menidurkan Syauki."
Syauki menutup laptopnya. "Apakah Mama akan ikut denganku?"
Tak sanggup mengeluarkan kata-kata, Agnes  meremas tangan putranya yang lembap dan pucat.
Bandung, 10 Maret 2023
Catatan:
*Ophiocordyceps unilateralis, umumnya dikenal sebagai jamur semut zombie, adalah jamur patogen serangga.Â
Ditemukan oleh naturalis Inggris Alfred Russel Wallace pada tahun 1859, dan saat ini banyak ditemukan di ekosistem hutan tropis.Â
Ophiocordyceps unilateralis menginfeksi semut dari suku Camponotini dengan patogenesis lengkap yang ditandai dengan perubahan pola perilaku semut yang terinfeksi. Inang yang terinfeksi meninggalkan sarang kanopi dan jalur mencari makan ke lantai hutan, area dengan suhu dan kelembapan yang cocok untuk pertumbuhan jamur. Mereka kemudian menggunakan mandibula mereka untuk menempelkan diri ke pembuluh darah utama di bagian bawah daun, di mana inang tetap tinggal setelah akhirnya mati. Proses yang mengarah ke kematian itu memakan waktu 4--10 hari, dan termasuk tahap reproduksi di mana tubuh buah tumbuh dari kepala semut, pecah untuk melepaskan spora jamur.Â
Meski dampaknya  pada populasi semut dapat menghancurkan koloni, Ophiocordyceps unilateralis sendiri rentan terhadap infeksinya sendiri.
Ophiocordyceps unilateralis dan spesies sejenis diketahui terlibat dalam metabolisme sekunder aktif, antara lain untuk produksi zat aktif sebagai agen antibakteri yang melindungi ekosistem inang jamur terhadap patogenesis lebih lanjut selama reproduksi jamur.Â
Karena metabolisme sekunder ini, pakar kimia produk organik tertarik dengan penemuan agen molekul kecil yang sesuai (misalnya: kelompok poliketida) yang berpotensi untuk digunakan sebagai agen imunomodulator, anti-infeksi, dan antikanker pada manusia (wikipedia)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H