Setelah pertunjukan, kami berdiri di bar, mengobrol dan mengagumi tanaman janda bolong yang sangat besar.
Mahiwal melewati kami, wajahnya tanpa ekspresi.
Dari kejauhan dia berbalik, lalu memberi isyarat kepadaku, tersenyum.
"Lebih baik kamu menemuinyasiapa tahu dia ingin sesuatu darimu," tawa Nina.
Aku memberanikan diri menuju ke arahnya.
Senyum itu menguap. Dia berbisik.
"Kami tidak diizinkan untuk mengatakan di depan umum semua yang dikatakan roh kepada kami. Tapi Syauki memaafkanmu."
Tubuhku gemetar. "Tuhan memberkatimu."
Bandung, 5 Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H