Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://ikhwanulhalim.com WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Terdampar di Perut Bumi - Buku Satu: Terdampar (Part 34)

3 Maret 2023   00:00 Diperbarui: 3 Maret 2023   00:15 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. pri. Ikhwanul Halim

"Meneketehe." Miko menjatuhkan dirinya di pasir, seakan-akan sedang berbaring di villa Nusa Dua, berjemur untuk mebuat kulitnya semakin cokelat.

Mata Zaki membelalak, nada suaranya panik saat dia mengeluarkan kata-kata yang ingin diucapkan Tiwi.

"Lu gila? Bangun! Kita nggak ngerti ini pasir apaan. Lu sembarangan aja langsung gegoleran!"

Miko sama sekali tak menggubis peringatan Zaki. Dia mengulurkan tangan dan kakinya dan mengepakkannya ke depan dan ke belakang.

"Zaki betul, Mik," Tiwi menyenggol kaki Miko dengan kakinya. "Berhenti berguling-guling di pasir ajaib!"

"Sebelum di sini,  kita sudah berenang ke pantai." Miko mengangkat tangan untuk melindungi matanya. "Dengar, kalau ada side effect, misalnya kita berubah jadi zombie atau mendapat kekuatan super, itu pasti sudah terjadi. Sejauh yang gue tahu, gue tidak belum bisa melihat tembus pandang dengan kekuatan sinar-X," katanya sambil menyeringai.

Miko berdiri dan mundur selangkah dari ciptaannya. Malaikat pasir itu berkilauan seolah-olah ditaburi ribuan berlian kecil. Sesaat kemudian, partikel pasir mulai berkilauan, awalnya perlahan, tapi kemudian sangat cepat, seperti logo animasi. Miko berlutut, mulutnya menganga lebar. "Gileee...  malaikat pasir!"

"Wow!" Tiwi berseru kagum.

Mike mengguncang bahunya. "Lu harus melukis ini gitu kita pulang ke rumah!"

"Ya,  Bro. Itu ada dalam daftarku dan semua yang aneh di sini."

Tiwi membungkuk lebih dekat untuk memeriksanya. Partikel-partikel itu sehalus debu saat menyebar melalui jari-jarinya. Dia belum pernah melihat yang seperti itu. Tapi sekali lagi, seluruh pulau dan dua mataharinya yang aneh tampak seperti sesuatu yang bisa disulap oleh fantasi. Dia melirik untuk melihat reaksi Zaki, tapi dia membuang muka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun