Aku menjabat tangannya. "Tentu saja, Deri. Bagaimana kabarmu?"
Kami menghabiskan satu menit menyingkat kisah karier kami. Aku bertanya apakah dia sudah menikah dan dia menjawab bahwa dua anak gadisnya sudah remaja. "Si sulung, Sinta, lahir dengan cystic fibrosis." ucapnya. "Jadi ketika istriku hamil lagi, kami melakukan tes gen dan hasilnya baik-baik saja. Kami sangat senang."
Dia menatap lantai. "Tapi ternyata tesnya salah."
Aku mengulurkan tangan dan menyentuh lengannya. "Aduh, Der. Astaga, aku sangat menyesal mendengarnya."
Dia menatapku dan matanya berkaca-kaca. "Tetapi jika Anda melihat mereka hari ini, Anda akan mengira mereka hanyalah dua gadis remaja biasa. Mereka sama sekali tidak terlihat sakit."
Aku mengangguk, dan kami hanya berdiri di sana sejenak, saling memandang karena tidak ada yang berpaling.
"Senang bertemu dengan Anda, Wan!" dia berkata. "Hati-hati di jalan."
"Kau juga," kataku, dan melihatnya menghilang ke kerumunan seribu orang lainnya yang mencoba berada di tempat lain.
Bandung, 1 Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H