Dua gigi depannya berkilau diterpa sinar matahari. Tidak membutakan, memantulkan, atau menyilaukan. Sebaliknya, cahayanya lembut. Aku tidak bisa mengalihkan pandanganku darinya.
Namanya Mahiwal.
Dia ketua kelas. Selalu dipilih oleh para guru untuk menjadi kapten tim sepak bola. Penerima cokelat Valentine paling banyak.
Dia mendapatkan gigi palsunya setelah kecelakaan di lapangan setelah kehilangan yang asli. Gigi aslinya sempurna, tetapi penggantinya adalah manifestasi dari keberaniannya dan hanya menambah status popularitasnya.
Aku? Pendek, montok, dan setahun lebih muda dari teman sekelasku. Aku tidak tahu apa-apa tentang perbedaan gender kecuali anak laki-laki tampak lebih besar, lebih kuat, dan lebih mahir dalam olahraga.
Aku lebih suka buku. Teman laki-lakiku, Syauki, dengan rambut merah, bintik-bintik, kacamata, adalah pilihanku. Berteman dengannya rasanya senyaman saat bersama kakak perempuanku.
Syauki suka membuat sketsa pesawat luar angkasa yang fantastis dengan ketelitian seorang juru gambar.
Masih ada sesuatu yang membuatku tertarik pada Mahiwal. Pandanganku mengarah padanya selama jam pelajaran di kelas. Pendapatnya memenangkan setiap diskusi, dan karangannya tentang berbagai tema menghiasi majalah dinding. Aku mengaguminya seolah-olah aku kelaparan, dan dia adalah es krim sundae cokelat. Gigi perak sebagai topping-nya.
Aku sama sekali tidak menyadari bahwa aku sedang jatuh cinta.
Sekolah mengadakan piknik kelulusan kelas enam, yang diadakan di Dufan. Panas berkilauan di udara di atas lorong-lorong bertabur pasir yang diterbangkan angin laut. Kebal terhadap terik matahari, gerombolan anak-anak mondar-mandir di jalan setapak, berseru dan berteriak di sekitar Ontang-Anting dan Bianglala, saling dorong untuk menjadi yang terdepan dalam antrean.