Setelah duduk untuk beberpa menit yang terasa sangat lama, dia merasa harus berbicara dengan seseorang.
Berjalan ke sekililing rumah, ibunya tidak bisa ditemukan. Pasti telah pergi ke pasar. Saat itu adalah hari pekan, dan dia pergi ke pasar untuk membeli bahan makanan selama seminggu.
Dia harus mencari orang lain untuk diajak bicara. Nama Kadir yang muncul dalam benaknya.
Dia membenci Kadir, tetapi Kadir bersamanya ketika dia melihat hantu di rumah duka. Mungkin dia bisa membantunya dengan apa yang baru saja terjadi.
Dr. Awang telah membuatnya merasa sedikit lebih baik, tapi dia orang dewasa, dan orang dewasa terkadang berpura-pura mengerti agar anak-anak merasa lebih baik. Selain itu, dia telah berbalik dan kembali ke rumah bahkan sebelum mereka sampai di kliniknya dan mengirimnya pulang sendirian karena suatu alasan yang tidak dia ketahui.
Orang dewasa terkadang sangat aneh.
Butuh banyak keberanian bagi Bagas untuk menelepon Kadir. Lebih dari yang bisa dia kumpulkan seandainya karena alasan lain. Ini penting, dan tanpa ragu-ragu, dia memutar nomor bocah itu.
" Kadir ada?" Bagas bertanya ketika suara seorang wanita menjawab di ujung sana.
"Yah, saya tidak tahu. Tunggu sebentar."
Penantiannya singkat, dan suara melengking Kadir segera meledak di telinganya.
"Ya, siapa ini?"