Mohon tunggu...
Ikhwanul Halim
Ikhwanul Halim Mohon Tunggu... Editor - Penyair Majenun

Father. Husband. Totally awesome geek. Urban nomad. Sinner. Skepticist. Believer. Great pretender. Truth seeker. Publisher. Author. Writer. Editor. Psychopoet. Space dreamer. https://web.facebook.com/PimediaPublishing/ WA: +62 821 6779 2955

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepatu Hak Tinggi

26 Desember 2022   18:11 Diperbarui: 26 Desember 2022   18:38 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sulit untuk tidak menguping pembicaraan orang lain, terutama ketika kamu terjebak di ruang gawat darurat tanpa bisa melakukan apa-apa.

Selama beberapa jam itu, semua yang terjadi adalah hal-hal yang sangat biasa, Sakit dan nyeri. Tidak ada yang mengalihkan pikiranku dari pergelangan tangan yang mungkin patah. Hanya ada kerumunan orang tua, selain gadis yang duduk tepat di belakangku. Kepalanya dibungkus perban.

Dia sibuk dengan dirinya sendiri, memainkan ponselnya, sampai seorang pria yang ternyata ayahnya masuk.

"Ya ampun, Diana! Apa yang terjadi?"

Gadis itu menjelaskan bahwa dia tersandung saat berlari mengejar kereta. Lukanya membutuhkan empat puluh jahitan.

"Kamu pakai sepatu hak tinggi, kan?" ayahnya menuntut jawab. "Kamu, ya. Kamu tahu ... kamu dulu ... Sudah Ayah bilang sepatu begitu membahayakan. Bisa membunuhmu. Ayah akan membuangnya begitu sampai di rumah."

"Jangan, Yah," dia memohon. "Aku bheli dengan uangku sendiri. Rata-rata harganya dua minggu gaji."

"Ayah akan memotong sepatu-sepatumu sampai berkeping-keping!" katanya. "Ayah akan membakarnya di kebun belakang!"

"Jangan, Ayaaah!" ratapnya. "Cuma kecelakaan biasa, kok."

"Kamu tidak akan pernah melihat sepatu-sepatumu itu lagi, Diana!" kata ayahnya, berbalik menuju pintu. "Ayah akan pulang untuk menyingkirkan semuanya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun