"Pertunjukan yang bagus, bro. Sekarang naiklah! Sudah waktunya untuk melompat-lompat di pohon," kata Miko.
"Ogah, lihat! Ada yang memukul mundur binatang ini. Gue yakin itu lendir rayap yang gue gosok tadi. "
Zaki melepaskan kemejanya dan menyuruh Tiwi dan Miko turun.
"Kamu mau ngapain? Striptis?" tanya Tiwi menahan agar suaranya tidak terdengar gemetar ketakutan.
"Baju ini buat Miko. Lu mau nggak gue gendong kuda-kudaan? " Setengah nyengir, senyum Zaki entah bagaimana tampak dipaksakan, seolah-olah stiker tempelan untuk menenangkan Tiwi.
Tiwi mengangguk, menangkap kekhawatiran di mata Zaki. "Asal kamu kuat aja."
Dia teringat kembali pada obat nyamuk usus rayap Zaki yang tadi dia tertawakan.
Mengapa dia tidak menyabuni badannya dengan itu saja? Dia memarahi dirinya sendiri. Mengingat pilihan yang diambilnya, sekelompok rayap mati jauh lebih baik daripada gerombolan laba-laba mutan hidup yang tumbuh terlalu besar.
BERSAMBUNG
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H