Sambil tersenyum, Tiwi melingkarkan lengannya di pinggang Miko dan mendongak. "Oh, so sweeet."
Miko tersenyum, melingkarkan lengannya di bahu gadis itu. Dia kembali meneguk air kelapa lalu menyerahkannya kepada Tiwi. "Haus?"
"Kamu bercanda? Aku akan menghabiskan semuanya sekali teguk."
Mikeotertawa. "Sisain buat Zaki."
Tiwi menelan air kelapan seteguk dan wajahnya berubah masam. "Eeewww. Pahit!"Lalu menyodorkan buah kelapa di tangannya ke Zaki.
"Yang cokelat tua emang gitu."
Miko memegang batang kelapa dengan kedua tangan. "Gue mesti goyang yang kenceng biar yang hijau jatuh. Yang muda jauh lebih manis dan airnya lebih banyak."
Zaki menyesap air kelapa di tangannya, dan mendongak. "Kita mungkin perlu mendirikan tenda kalau bantuan tidak datang dalam beberapa jam."
"Tunggu ... maksudmu, seperti, bermalam? Di sini? Di pantai pulau terpencil?" Perut Tiwi bergolak. Dia memandang ke arah ombak yang menghantam pantai. "Di tempat dengan dua matahari seperti film fiksi ilmiah? Dengan serangga besar yang terbang di sekeliling kita? Tidak mungkin, Zak!"
Zaki menyentuh bahu Tiwi dan menatapnya dengan lembut. "Terpaksa. Nggak ada pilihan lain, Wi."
BERSAMBUNG